jpnn.com, JAKARTA - Tidak banyak orang tahu bahwa Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko melewatkan hari-hari masa kecilnya di sebuah langgar/surau di kampungnya.
“Saya bahkan sering tidur di langgar hanya beralaskan tikar,” tutur Moeldoko di hadapan sekitar tiga puluh ribu santri Pondok Pesantren Darussalam, Blok Agung, Banyuwangi dalam acara Haul Masyayikh Kiai Mukhtar Safa’at Abdul Ghofur.
BACA JUGA: Pesantren Punya Kekuatan Cegah Terorisme dan Radikalisme
Acara ini diselenggarakan tanggal 17 Rajab setiap tahunnya.
Di hadapan para ulama, kiai, jemaah dan santri, Moeldoko mengisahkan masa lalunya saat kecil.
BACA JUGA: Yakini Program Hasanah Bakal Sangat Mengena bagi Pesantren
Dia adalah anak keluarga petani yang hidupnya sangat sederhana dan penuh perjuangan.
Guru ngaji di langgar atau surau kecil menjadi bagian penting yang menempa karakter sosok Moeldoko kecil.
BACA JUGA: Lantik HKTI DIY, Moeldoko: Jangan Cuma Omong, Buktikan!
“Mungkin banyak yang mengira saya lahir dari lingkungan keluarga kaya atau keluarga orang penting. Itu sama sekali tidak benar,” tegas Moeldoko.
Sebagai anak petani kecil, sekolah sampai bisa ke jenjang SMA pun butuh perjuangan yang sangat berat.
Karena itulah sistem pendidikan di pesantren menjadi sebuah alternatif penting yang bisa menanamkan dan menumbuhkan karakter-karakter anak bangsa yang kuat dan tangguh.
Pondok pesantren Darussalam didirikan sejak 1951 oleh Kiai Mukhtar Safa’at Abdul Ghofur.
Ponpes ini merupakan pondok pesantren tertua dan terbesar di kawasan Banyuwangi.
Mereka yang datang ke acara haul dari berbagai pulau di Indonesia sepakat menanamkan pentingnya persaudaraan dan toleransi di antara semua elemen bangsa.
Oleh karena itulah Presiden Joko Widodo juga selalu memberi perhatian besar pada semua pondok pesantren dalam setiap berbagai bentuk program langsung ataupun tidak langsung.
Hal ini disampaikan Moeldoko yang menceritakan sejumlah program ekonomi umat seperti bank wakaf mikro yang dilakukan Presiden dan juga hubungan baik presiden dengan negara-negara Islam.
“Dalam pertemuan dengan Presiden Afganistan sekitar dua minggu lalu, Presiden Afganistan selain menyampaikan respek dan kekagumannya pada bangsa Indonesia yang mampu hidup rukun dalam demokrasi yang dewasa, Presiden kita juga diingatkan oleh Presiden Afganistan untuk terus menjaga keutuhan bangsa,” ujar Moeldoko.
Hal ini diamini ketua pondok pesantren yang menyambut kedatangan Moeldoko dengan mengingatkan kembali indahnya keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia dengan 17 ribu pulau yang dimiliki dan ribuan suku bangsa di dalamnya.
Moeldoko menyayangkan adanya kelompok yang mengatasnamakan muslim tapi perilakunya justru menyebarkan kebencian dan fitnah yang bisa memecah-belah bangsa.
Terkait situasi tersebut kepada para santri yang hadir, Moeldoko menyampaikan pesan dari Presiden Jokowi agar para santri bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan tidak mudah terprovokasi oleh berita bohong atau hoaks.
“Saya yakin dari Pondok Pesantren Darussalam ini bisa lahir generasi muda yang bisa menjadi pemimpin di masa depan, bisa jadi menteri atau bahkan presiden sekalipun,” tegas Moeldoko.
Semua kemungkinan terbuka bagi siapapun untuk menjadi apapun dalam kehidupan bangsa indonesia saat ini yang semakin demokratis. Demikian ditegaskan Moeldoko pada para santri dan seluruh tamu undangan.
Hal ini sesuai dengan semangat dalam sistem pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam Blok Agung yang mengutamakan pembentukan karakter yang toleran terhadap perbedaan sebagaimana disampaikan oleh Abdul Kholik, Kepala Bidang Pendidikan Pondok Pesantren Darussalam.
Dalam hubungan dengan situasi aktual saat ini di mana bangsa Indonesia tengah memasuki masa pesta demokrasi, karakter yang toleran akan sangat mendukung terciptanya pesta demokrasi yang damai dan aman.(flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertemuan di KSP Juga Bahas Taksi Online, Ini Hasilnya
Redaktur & Reporter : Natalia