jpnn.com - SEMARANG - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menerima anugerah gelar Doktor Honoris Causa (HC) Bidang Manajemen Strategi Pembangunan Sumber Daya Manusia.
Universitas Negeri Semarang (Unnes) menganugerahi Moeldoko gelar doktor kehormatan sebagai bentuk apresiasi atas perannya dalam kemajuan bangsa dan negara.
BACA JUGA: Moeldoko Imbau Kepala Daerah Tiru Kepemimpinan Presiden Jokowi
“Unnes merasa bangga dan terhormat karena Moeldoko berkenan menerima gelar tersebut meski beliau sejatinya telah memiliki gelar doktor reguler dari UI (Universitas Indonesia),” ujar Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman dalam sambutannya di Auditorium Unnes, kampus Gunungpati, Semarang, Sabtu (22/10).
Menurut Prof Fathur, kondisi global membuat tantangan perguruan tinggi cukup besar.
BACA JUGA: Moeldoko: IMF Ibaratkan Titik Terang Saat Dunia Dilanda Kegelapan
Perguruan tinggi harus dapat bergerak cepat menghadapi tantangan kenormalan baru pascapandemi Covid-19.
Untuk itu perguruan tinggi perlu melibatkan masyarakat yang memiliki kompetensi luar biasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BACA JUGA: Partai Garuda Minta Semua Pihak Waspada dengan Politik Identitas
Salah satu mekanismenya melalui penganugerahan gelar doktor kehormatan kepada tokoh-tokoh yang memiliki kompetensi luar biasa di bidangnya.
“Moeldoko adalah seorang prajurit yang menghabiskan puluhan tahun waktunya untuk membela dan menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia."
"Rekam jejak menunjukkan beliau seorang patriot yang tidak memiliki keraguan dalam membela dan memperjuangkan NKRI. Beliau mendedikasikan hidup bagi bangsa, negara dan tanah air tercinta,” ucapnya.
Fathur lantas menyatakan penganugerahan dilakukan dengan kriteria yang ketat.
Mencakup kriteria kuantitatif-objektif dan kriteria kualitatif-subjektif.
Penganugerahan juga dilakukan melalui proses panjang yang diawali dengan usulan dari program studi S3 yang terakreditasi A.
“Usulan kemudian dikaji oleh tim panel yang terdiri dari para ahli di bidang yang bersangkutan."
"Hasil kajian tim panel kemudian didalami kembali oleh tim promotor yang terdiri dari para pakar yang sesuai dengan bidangnya."
"Hasil kajian ini yang kemudian disampaikan ke senat universitas sebelum ditetapkan oleh rektor,” katanya.
Menurut Fathur, Moeldoko seorang cendekiawan yang berhasil merumuskan dan mengaplikasikan konsep pengembangan sumber daya manusia.
Keberhasilan tersebut dapat ditelusuri dari kebijakan dan karya selama menjabat sebagai Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (KSAD), Panglima TNI dan Kepala Staf Kepresidenan.
Moeldoko melakukan terobosan mengatasi kecilnya rasio personel TNI dengan beban pelaksanaan area tugas saat menjadi KSAD.
Beban tugas anggota TNI terhadap luas wilayah maupun jumlah jiwa warga negara jauh lebih besar dibanding negara-negara lain di Asia Tenggara.
Rasio berdasarkan wilayah yaitu 1 banding 5,79 kilometer dan rasio berdasarkan jiwa adalah 1 banding 722 jiwa merupakan tantangan yang besar.
Moeldoko menyiasati tantangan tersebut melalui pengembangan kapasitas prajurit.
Moeldoko juga kemudian melakukan restrukturisasi sumber daya manusia dengan meningkatkan disiplin, profesionalisme, dan kesejahteraan prajurit ketika menjadi Panglima TNI.
Terobosan dalam pengembangan sumber daya manusia juga dilakukan dalam kapasitasnya sebagai Kepala Staf Presiden.
Terobosan diwujudkan dengan mendirikan Sekolah Staf Kepresidenan sebagai inkubator kepemimpian nasional untuk melahirkan calon pemimpin bangsa di masa depan.
"Komitmen dan kecemerlangan beliau dalam bidang pengembangan sumber daya manusia berhasil dirumuskan dalam konsep 3M."
"Yaitu, Move, Motivate dan Make Different sebagaimana tergambar dalam buku terbaru beliau (Moeldoko)."
"Konsep 3M memiliki nilai kebaruan sehingga memiliki bobot akademis tinggi, layak menjadi referensi dalam kajian kepemimpinan, kebijakan publik dan pengembangan sumber daya manusia," katanya.
Sementara itu dalam orasinya Moeldoko mengatakan Indonesia harus menyiapkan karakter kepemimpinan nasional yang tangguh agar sanggup menghadapi tantangan nasional dan global, menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Indonesia itu lengkap, punya sumber kekayaan yang melimpah, punya teknologi yang terus berkembang, juga punya banyak manusia."
"Harus bisa mengelolanya dengan baik dan melompat menjadi bangsa yang lebih maju dan besar,” katanya.
Moeldoko juga mengatakan pemimpin penting memiliki tiga hal demi membawa perubahan.
Pertama, kemampuan menumbuhkan sense of urgency, kesadaran akan bahaya yang menanti dan mempertahankan kondisi yang ada.
Kedua, kemampuan menunjukkan visi yang jelas kepada anggota organisasi.
Perubahan besar skala organisasi hampir mustahil dilakukan kecuali melibatkan sebagain besar anggota.
Ketiga, kemauan menjadi teladan (role mode) di dalam perubahan.
"Semuanya pasti menginginkan semuanya berjalan dengan baik."
"Tidak ada politik identitas, tidak ada lagi polarisasi antara kamu dan kami, antara kamu dan aku."
"Polarisasi semacam ini sebaiknya ditinggalkan," pungkas Moeldoko. (gir/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Moeldoko Sosok Pemimpin Pembangun Impian dan Perajut Persatuan
Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang