MPR Ajak Komponen Bangsa Kembali kepada Kesepakatan Bernegara

Jumat, 03 Mei 2019 – 14:31 WIB
Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah menjadi narasumber Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Menyelamatkan Agenda Demokrasi Bangsa" bersama Persatuan Alumni GMNI di Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (2/5). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, MALANG - Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah yang juga Ketua Badan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI mengajak semua komponen bangsa Indonesia kembali kepada kesepakatan dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah menjadi konsensus dasar sejak negara ini didirikan oleh para Pendiri Bangsa dalam menyikapi pelaksanaan pemilu serentak tahun 2019 ini.

Hal itu diungkapkan Basarah pada saat menjadi narasumber Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Menyelamatkan Agenda Demokrasi Bangsa" bersama Persatuan Alumni GMNI di Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (2/5).

BACA JUGA: Netizens Jambi Sepakat Empat Pilar MPR Perlu Jadi Gaya Hidup Modern

Basarah meminta kepada segenap komponen bangsa untuk berpikir jernih dan menghormati proses rekapitulasi berjenjang yang saat ini tengah dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Permintaan tersebut menanggapi hasil rekomendasi Ijtima Ulama III yang meminta kepada KPU dan Bawaslu untuk mendiskualifikasi pasangan calon Joko Widodo dan KH. Ma'ruf Amin lantaran tudingan adanya kecurangan terstruktur, sistematis dan masif dalam proses Pemilu 2019.

BACA JUGA: Ahmad Basarah: Bung Karno Adalah Manusia Sejarah

BACA JUGA: Ahmad Basarah: Bung Karno Adalah Manusia Sejarah

“Salah satu prinsip bernegara yang telah kita sepakati adalah Indonesia sebagai negara yang berdasar atas hukum (nomokrasi). Sehingga pelaksanaan demokrasi memerlukan aturan main yang harus ditaati oleh semua pihak, tanpa terkecuali. Dalam hal terjadi dugaan kecurangan terhadap pelaksanaan Pemilu 2019, silakan menempuh jalur hukum yang ada," kata Doktor Hukum Universitas Diponegoro tersebut.

Basarah menjelaskan sistem peradilan pemilu (electoral justice system) telah demikian lengkap mengatur mekanisme dan saluran penyelesaian pelanggaran pemilu. Dalam UU No.?7 Tahun 2017 tentang Pemilu disebutkan untuk menangani pelanggaran pemilu diserahkan kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Pasal 94 ayat (2) UU Pemilu, Bawaslu bertugas menentukan dugaan pelanggaran administrasi pemilu, dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu atau dugaan tindak pidana pemilu.

BACA JUGA: Bambang Sadono: Kualitas Sebagian Undang-Undang Harus Ditingkatkan

Dalam hal pelanggaran administrasi pemilu ditangani oleh Bawaslu. Jika pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu, Bawaslu menyampaikan kepada Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) dan jika menyangkut pelanggaran pidana pemilu diselesaikan oleh Sentra Gakumdu / Penegakan Hukum Terpadu yang terdiri dari 3 unsur (Bawaslu, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Agung).

Pun demikian dalam hal terjadi sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum, maka muaranya adalah Mahkamah Konstitusi, sebagaimana diatur dalam Pasal 24C UUD NRI 1945. Salah satu kewenangan MK adalah memutus perselisihan hasil pemilihan umum. Jadi semua saluran penyelesaian dugaan pelanggaran pemilu sudah tersedia.

“Mari kita bawa segala permasalahan pemilu ini ke dalam ruang sidang institusi negara resmi. Sehingga, tidak harus menempuh cara-cara di luar mekanisme hukum," jelas Wasekjen DPP PDI Perjuangan ini.

Basarah juga mengapresiasi kinerja penyelenggara pemilu, termasuk KPU dan Bawaslu dan jajarannya yang telah berkorban tenaga bahkan nyawa untuk menyukseskan pemilu serentak 2019. Bahwa masih ada hal yang perlu diperbaiki dalam penyelengaraan pemilu ini, itu harus menjadi catatan untuk perbaukan kita bersama. Namun yang terpenting adalah bagaimana pemilu ini bisa mempersatukan seluruh anak bangsa dan mencegah perpecahan di antara kita.

"Bagaimanapun pemilu sudah usai. Meskipun berbagai lembaga survei kredibel menempatkan Jokowi - Kiai Ma’ruf Amin sebagai pemenangnya, namun, kita hormati penyelenggara pemilu yang sedang bekerja sampai penetapan hasil rekapitulasi suara secara nasional Pemilu 2019 diumumkan pada waktunya. Oleh karena itu, setiap pihak hendaknya menahan diri untuk tidak melakukan tindakan yang bersifat provokatif dan menyimpang dari jalur hukum. Kalau kita bisa melewati ujian atau tikungan tajam demokrasi ini, tentunya Indonesia akan menjadi rujukan negara-negara lain di dunia sebagai negara demokrasi yang sukses melaksanakan pemilu serentak yang aman, damai dan demokratis,” ujar Basarah.

Oleh karena itu, Basarah mengajak semua pihak untuk membangun tradisi bernegara yang sehat. “Pemilu sekedar agenda demokrasi lima tahunan yang tidak boleh mengorbankan prinsip-prinsip dasar berbangsa dan bernegara. Setiap perselisihan pemilu, pijakan dan pedoman penyelesaiannya harus kita kembalikan ke aturan main yang ada,” pungkas Basarah.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bambang Sadono: Debat Konstitusi MPR di Bali Membahas Pemilu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler