MPR Gaungkan Empat Pilar, Polanya Beda dengan Era Orde Baru

Selasa, 22 Agustus 2017 – 22:00 WIB
Wakil Ketua MPR Mahyudin foto bersama dengan Rektor Universitas Pakuan Bibin Rubini dan sejumlah narasumber lainnya di acara sosialisasi empat pilar di Kampus Universitas Pakuan, Bogor, Selasa (22/8). Foto: Ken Girsang/JPNN

jpnn.com, BOGOR - Wakil Ketua MPR Mahyudin memaparkan perbedaan sosialisasi Pancasila sebagai ideologi bangsa pada masa lalu dengan masa kini.

Menurutnya, pada zaman Orde Baru bahkan ada program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) selama seratus jam.

BACA JUGA: Ketua MPR Raih Gelar Kehormatan Asep Zulkifli Hasan

"Bahkan dulu kalau tidak lulus wajib mengulang. Berbeda dengan sekarang, sosialisasi empat pilar yang terus digaungkan MPR hanya memakan waktu dua jam dalam setiap pertemuan. Polanya juga tidak ada paksaan, hanya menggugah dan mengingatkan bahwa bangsa ini butuh Pancasila," ujar Mahyudin pada sosialisasi empat pilar di Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat, Selasa (22/8).

Selain itu, lanjutnya, Pancasila dulu juga kerap disalahgunakan oleh oknum tertentu untuk menyerang lawan politik.

BACA JUGA: Mahyudin: Pancasila Tak Disebutkan di Pembukaan UUD 1945, Tapi...

Sangat berbeda dengan saat ini, di mana masyarakat mulai merasakan betapa Pancasila sangat dibutuhkan untuk menyatukan seluruh elemen bangsa yang berbeda-beda suku, agama, ras dan golongan.

"Mungkin ada orang muda bilang Pancasila sudah kuno. Tapi begitu melihat kenyataan yang terjadi di dunia seperti di Suriah, baru menyadari kenapa kita bersatu. Dulu Hitler bunuh banyak orang hanya karena ras. Di Arab perbedaan suku juga kerap menjadi problem," ucapnya.

BACA JUGA: Hidayat Nur Wahid: Bangsa Indonesia Digagas dan Didirikan Kaum Terpelajar

Menurut Mahyudin, perbedaan SARA di Indonesia jauh lebih besar dibanding sejumlah negara. Namun sampai saat ini tetap bersatu. Hal tersebut tak lain karena Pancasila. Tidak ada satu suku merasa lebih hebat dari suku lainnya.

"Saya kira tak pernah di sini orang Sunda merasa lebih hebat dari yang lain. Ini kelebihan kita. Tapi di sisi lain ini (perbedaan,red) juga sekaligus berpotensi menjadi ancaman, jika kita gampang diprovokasi," katanya.

Karena itulah MPR, tutur politikus dari Partai Golkar ini, tak henti-hentinya memberi pemahaman tentang empat pilar.

"Kami bukan menceramahi, tapi mengajak berdiskusi sehingga melahirkan pengamalan empat pilar. Itu semua muaranya pesatuan dan gotong royong. Pancasila itu alat pemersatu," pungkas Mahyudin.(gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Merah Putih Terbalik, Mahyudin: Itu Unsur Kelalaian, Panitianya Harus Disorot


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler