MRP Minta KPK Lebih Serius Tangani Kasus Lukas Enembe dan Jangan Kalah dari Koruptor

Minggu, 16 Oktober 2022 – 00:45 WIB
Massa dari Forum Solidaritas Mahasiswa Peduli Pembangunan Tanah Papua, berunjuk rasa di depan Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Rabu (12/10/2022). ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.

jpnn.com, JAYAPURA - Anggota Majelis Rakyat Papua (MRP) Herman Yoku meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk lebih serius menangani kasus dugaan korupsi yang menjerat Lukas Enembe.

“Negara tidak boleh kalah dari koruptor," kata Herman dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Sabtu (15/10).

BACA JUGA: Dewas KPK Sebut Kasus Lili Pintauli Siregar Bisa Diproses Pidana

Dia pun menyinggung soal keresahan masyarakat atas pengangkatan sepihak Gubernur Papua Lukas Enembe sebagai kepala suku besar.

Pengangkatan itu dinilai sebagai upaya untuk menghindari pemeriksaan KPK dengan berlindung dari adat masyarakat Papua.

BACA JUGA: KPK Diminta Segera Putuskan Status Anies di Kasus Formula E

Herman yang juga Ketua Suku Besar Wikaya di Papua, bahkan mempertanyakan legalitas Dominikus Sorabut yang mengklaim dirinya sebagai Ketua Dewan Adat Papua (DAP) yang melantik Lukas Enembe.

“Dewan adat ini adalah organisasi yang saya bentuk, saya pernah menjadi ketua dewan adat, jadi, DAP itu rumah saya. Saya kaget bahwa ada dewan adat pergi lantik seorang kepala suku di wilayah adat orang lain," kata dia.

BACA JUGA: Victor Kogoya Minta Masyarakat Papua Dukung Upaya Pemeriksaan Lukas Enembe

Dia menjelaskan pula Dominikus Sorabut adalah Ketua DAP versi KLB Papua merdeka, KLB yang diinisiasi kelompok Forkorus Yaboisembut tahun 2011.

Sehingga, Herman hanya mengakui DAP di bawah kepemimpinan Yan Piet Yarangga, yang kembali terpilih berdasarkan hasil Konferensi Besar Masyarakat Adat Papua (KBMAP) ke-4 di Kabupaten Kaimana pada 2021.

Karena itu, bagi Herman, pengukuhan Lukas Enembe oleh Dominikus Sorabut perlu diluruskan, yaitu Lukas sebagai kepala suku besar di wilayah pegunungan.

"Bagi saya Bapak Lukas adalah kepala suku di kampungnya. Kepala suku di Puncak Jaya atau di Tolikara atau di Nduga. Tetapi setahu saya, Kepala Suku Jaya Wijaya hanya satu, yaitu Silo Karno Doga, anak dari Obahorok," katanya lagi.

Dia menegaskan pengukuhan seorang kepala suku selalu dilakukan di wilayah adatnya sendiri, bukan di wilayah adat orang lain.

Orang yang melakukan ritual pengukuhan pun juga bukan orang lain, tetapi harus memiliki garis keturunan secara langsung dengan orang yang dilantik tersebut.

"Seperti saya, saya dikukuhkan oleh saya punya moyang. Tidak boleh oleh orang lain, karena harus dari keturunannya,” pungkas dia. (antara/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahasiswa Papua di Jakarta Dukung KPK Ungkap Korupsi Lukas Enembe


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler