Mubazir, Komputer Hanya Dipakai Sekali untuk UNBK

Rabu, 28 Maret 2018 – 16:38 WIB
Siswa mengikuti Ujian Nasional. Ilustrasi Foto: JPG/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Pendidikan Indra Chariamiadji menyoroti gencarnya sekolah menganggarkan pembelian komputer untuk ujian nasional berbasis komputer (UNBK).

Walaupun sudah 78 persen sekolah menerapkan UNBK, tapi dinilai mubazir karena banyak di antaranya tidak memanfaatkan komputernya untuk kegiatan belajar mengajar.

BACA JUGA: UNBK SMP, Dinas Pendidikan Siapkan Anggaran Sewa Genset

"Saya lihat tiap tahun ada pengadaan komputer untuk UNBK. Padahal mubazir loh karena sekolah hanya pakai satu tahun sekali. Karena banyak sekolah tidak punya inovasi bagaimana menerapkan pembelajaran abad 21 yang serba digital," terang Indra dalam diskusi pendidikan di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Rabu (28/3).

Pengamat dari Eduspec Indonesia ini menambahkan, sistem pendidikan yang sedang tren di dunia pendidikan internasional yaitu STEMA (Sains, Technology, Enggeneering, Mathematics, Art), dan computer sains. Di negara lain ada yang menyebutnya coding atau computer programing.

BACA JUGA: Pinjaman Pendidikan Harus Disalurkan Selektif

"Intinya di sini anak-anak diajarkan untuk belajar keterampilan abad 21 yaitu berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Memang sudah ada mata pelajaran Matematika, IPA, dan lain-lain tapi sulit untuk ditumbuhkan anak-anak bersikap kritis dan kreatif," terangnya.

Indra juga menyoroti keberadaan guru yang tidak bisa menumbuhkan kreatif dan kolaboratif siswa. Itu sebabnya di tingkat dunia muncul computer sains dan coding di mana cara belajarnya sudah pakai sistem zaman now. Anak-anak tidak diajari pakai komputer tapi didorong menciptakan program dan aplikasi sendiri.

BACA JUGA: Jangan karena UNBK, Sekolah Korbankan Siswa

"Setiap anak memiliki kekhasannya dan ide sendiri-sendiri. Bila di kelas ada 30 anak maka akan ada 30 aplikasi yang diciptakan," ucap Indra.

Dia pun memintah pemerintah (Kemendikbud) untuk melihat perkembangan negara luar yang sudah mengarah pada pembelajaran abad 21. Pemerintah bisa melakukan piloting dulu pada beberapa sekolah di semua jenjang kemudian dilihat perbandingannya. Bagaimana mutu pendidikan anak-anak yang pakai metode pembelajaran abad 21 dengan model biasa.

"Apakah betul keterampilan abad 21 ini muncul. Kalau memang muncul berarti metode ini dibutuhkan. Jika enggak, model tersebut enggak cocok di Indonesia, sehingga harus cari yang lain," pungkasnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaksanaan UNBK di Kabupaten Siak Perlu Dukungan Pusat


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler