Maret lalu Muhammad Aulia Apriansyah sempat mencuri perhatian publikBocah pengidap sirosis autoimun itu adalah pasien pertama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang berhasil menjalani operasi ganti hati
BACA JUGA: Sepuluh Tahun Amerika Serikat Dibayangi Trauma Tragedi 9/11
Namun, belum genap setahun, kondisinya drop dan harus menjalani operasi di Tiongkok.-----------------------------
Moh
----------------------------
HASIL pemeriksaan medis menyebutkan bahwa kondisi kesehatan Aulia menurun drastis sejakawal Ramadan lalu
BACA JUGA: Hermansyah, Salah Satu Legenda Penjaga Gawang Indonesia
Tapi, kemarin bocah kelahiran Cirebon, 28 April 2005 itu masih bisa gojekan.Tanpa alas kaki, dia berlari masuk kamar perawatan hanya untuk mengambil mobil-mobilan kecil mainannya
BACA JUGA: Deradikalisasi Jihad Melalui Komik ala Eks Pentolan JI Nasir Abbas
Baik itu saat bermain sendiri maupun ketika ditemani Harianto, 34, ayahnya, yang duduk selonjor di bawah ranjang perawatan.Meski terlihat aktif, Aulia ternyata pemaluHanya sedikit kata yang terucap dari mulutnya"Ayah, ambilkan mobil yang itu," tuturnyaAulia juga selalu menyalami setiap orang yang menjenguknyaTapi, lagi-lagi tanpa sepatah kata pun ia ucapkan.
Setelah hampir sejam bermain mobil-mobilan, dia terlihat mulai capek, dan akhirnya tertidur pulas dengan menyandarkan kepala di tangan sang bapak yang anggota TNI-AL berpangkat kopral ituMelihat hal itu, sang ibu, Trianing Astuti, 33, segera mengangkatnya ke atas ranjang.
Selepas dioperasi, tubuh Aulia terlihat kerempengItu pula yang masih terlihat saat Jawa Pos menjenguknya (10/9)Tulang tumitnya terlihat menonjolSedangkan tulang betis tampak seperti berbalut kulit saja.
Trianing bertutur tentang kondisi kesehatan anak keduanya ituPerempuan kelahiran Cirebon itu menjelaskan, Aulia memang anak yang aktifMeskipun kondisi kesehatannya sedang menurun, dia masih tidak mau diam"Aulia baru benar-benar berbaring jika sedang ditransfusi darah," tuturnya.
Aulia menjalani operasi cangkok hati pada 15 Desember tahun laluSaat itu seluruh hati Aulia dikeluarkanLantas hatinya diganti sekitar 20 persen hati Harianto, sang ayahPihak RSCM sendiri menutup rapat-rapat proses operasi cangkok hati Aulia dari mediaPihak rumah sakit baru menggelar konferensi pers keberhasilan operasi itu awal Maret laluSaat itu pula Aulia diizinkan pulang.
Mendengar kabar anaknya sudah bisa dibawa pulang, perasaan Trianing sangat berbunga-bungaBetapa tidak, ketika mendengar anaknya divonis harus ganti hati, Trianing disodori perkiraan biaya yang mencapai Rp 1 miliarSebagai istri anggota TNI berpangkat kopral, nominal tadi tentu di luar jangkauanUntungnya, operasi dilakukan secara cuma-cuma setelah pihak RSCM bekerja sama dengan RS Zheijang University School of Medicine Huangzhou, Tiongkok.
"Saya lega, operasi berjalan lancar dan anak saya bisa diizinkan pulang," tutur anak ketiga dari empat bersaudara itu.Setelah operasi rampung dan Aulia diperkenankan pulang, beban di pundak Trianing dan Harianto ternyata belum hilangSetelah berganti hati, Aulia wajib mengonsumsi sejumlah obat sepanjang hayatnyaCelakanya, harga obat-obatan itu sangat mahal bagi keluarga Trianing.
Contohnya, obat takrolimus yang harganya Rp 5 juta untuk konsumsi satu bulanSelain itu, ada ramuan dari campuran berbagai pil yang harganya Rp 3,5 juta, juga untuk porsi satu bulanPerhitungan kasar, Trianing menghabiskan Rp 10 juta setiap bulan untuk obat Aulia saja"Untungnya, masih sering dapat bantuan obat dari RSCM," kata diaTapi, jika stok obat di RSCM habis, dia harus membeli sendiri di apotek-apotek di luar RSCM.
Biaya perawatan Aulia lainnya adalah untuk cek darah rutin setiap pekanJika kondisi darahnya buruk, Aulia harus segera menjalani transfusi darah segar dengan golongan darah O.
Sekitar enam minggu setelah ke luar rumah sakit, Aulia menjalani hidup dengan normalDia bermain bersama anak-anak tentara lainnya di kompleks rumah susun (rusun) Kodamar Sunter, Kelapa Gading, JakartaBahkan, Trianing sudah menyekolahkan Aulia di TK Al Barkah.
Selepas menjalani perawatan intensif pascaoperasi, kata Trianing, anaknya tidak pernah mengeluh sakit"Jika mengeluh, pasti ngeluhnya lapar dan ingin makan," ujarnya
Setelah sekian lama Trianing agak lega karena kondisi Aulia terlihat stabilNamun, kecemasan kembali datang pada awal Ramadan laluPasalnya, kondisi Aulia sering tidak stabilLebih banyak buruknya ketimbang baiknyaDia pun harus menjalani beberapa kali transfusi darahSetelah menjalani serangkaian pemeriksaan, diketahui bahwa kondisi Aulia yang labil itu ternyata disebabkan gangguan pembuluh vena porta di hatinya yang melintir"Seperti slang jika melintir, sirkulasinya tidak bisa baikHal itu menyebabkan perutnya membuncit," terang Trianing.
Trianing sejatinya tidak kaget melihat kondisi vena porta anaknya yang melintir ituSebab, dia sudah diberi tahu bahwa kondisi vena porta anaknya tidak normal beberapa saat setelah operasi
Namun, saat itu tim dokter yang menangani Aulia mengira kondisi vena porta tersebut bisa normal dengan terapi obatTernyata perkiraan dokter tadi melesetAulia tidak bisa hidup normal dengan kondisi vena porta di hatinya yang melintir.
Untuk mengatasinya, bulan lalu tim dokter dari RS Zheijang University School of Medicine datang ke RSCM dan meminta Aulia diterbangkan ke TiongkokDi sana Aulia akan menjalani operasi untuk membenahi vena portanya tersebutTrianing mengatakan, di vena porta anaknya itu akan dipasang alat tertentu"Mudah-mudahan kondisinya bisa membaik setelah operasi nanti," ucapnya.
Rencana awal, Aulia diterbangkan ke Tiongkok pada 13 September besokTapi, karena kondisi kesehatannya belum fit, penerbangan diundur menjadi 17 September, dan kemudian diundur lagi menjadi 19 SeptemberDi Tiongkok nanti Aulia hanya boleh ditemani Trianing.
Nah, Trianing mendapat kabar bahwa berdasar perkiraan tim dokter, masa operasi dan perawatan pascaoperasi Aulia di Tiongkok paling cepat tiga mingguJika kondisinya memburuk, perawatan bisa lebih lama lagiDengan ikhlas dan masih kebingungan modal, Trianing mengaku sudah siap terbang ke Tiongkok menunggu anaknya operasi.
Trianing mengaku keluarganya saat ini membutuhkan uluran donatur, khususnya terkait dengan biaya selama di TiongkokSebab, Trianing hanya dibebaskan dari biaya tiket pesawat, perawatan, dan operasi"Lha selama tiga minggu di sana, saya juga butuh makan dan penginapan," ucapnya.
Dia sempat mencari informasi guna persiapan menuju TiongkokTrianing mendapat informasi, setibanya di Tiongkok, dia harus tidur di hotel dengan tarif sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu per malamBelum lagi untuk urusan makan"Saya kan tidak bisa pergi tanpa uang pegangan," katanya.
Di tengah kebimbangannya itu, Trianing mengaku sangat ingin bertemu Dirut PLN Dahlan IskanAlasannya, sebagai sesama orang yang pernah menjalani operasi ganti hati, bos PLN itu pasti bisa membantu"Minimal menjenguk Aulia sebelum berangkat ke operasi nanti," ujarnyaTrianing mengetahui bahwa Dahlan Iskan pernah menjalani operasi ganti hati dari televisi.
Trianing juga berharap ada dermawan yang bisa membantu pengobatan Aulia setelah operasiDia mengaku berat dengan beban biaya obat anaknya Meskipun pas-pasan, selama ini dengan berbagai upaya dan berdoa biaya untuk obat dan perawatan lain selalu ada.
Yang membuat semangat keluarga Trianing tetap menyala untuk merawat Aulia adalah putranya itu bisa menghibur jika sedang dirundung masalahContohnya, setiap kali Trianing menangis melihat kondisi Aulia yang sedang drop, anaknya itu selalu bisa menenangkan ibunyaAulia selalu berjanji bakal sembuh asalkan Trianing tidak menangis(c2/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Balik Rencana Mundurnya Dicky Chandra dari Jabatan Wabup Garut
Redaktur : Tim Redaksi