jpnn.com - KONTRAK habis dan masa depan yang tidak jelas membuat pemain sayap lincah Persik Kediri M. Fachrudin mencari cara agar dapur tetap ngepul. Hanya, pilihannya agak nyeleneh.
Alih-alih bermain di ajang tarkam atau jadi pelatih sepakbola, Fachrudin malah berjualan kepiting cepat saji.
--------------
NAMA Kepiting Jazz cukup dikenal di kawasan utara Sidoarjo. Rasanya cukup enak. Yang terpenting adalah pembeli tidak perlu terlalu lama menunggu untuk menyantap kepiting.
BACA JUGA: Wahyu Hansudi, Perantau Asal Blitar Pemandu Wisata di Inggris Raya
Tidak lebih dari lima menit, kepiting sudah tersaji. Tak perlu menunggu 15 menit–20 menit sebagaimana di warung-warung kepiting konvensional.
BACA JUGA: Kisah Keluarga yang Batal Naik AirAsia QZ8501 di Detik Terakhir (2-Habis)
Apalagi warung tersebut bukan tempat semipermanen dengan kursi seperti depot. ”Dapur”-nya adalah sebuah Honda Jazz merah yang bagian belakangnya dimodifikasi. Yakni, diberi etalase berbahan kaca dan dilengkapi alat pemanas otomatis. Karena itulah, kepiting tersebut dinamakan Kepiting Jazz.
Sebuah upaya marketing yang tidak konvensional. Konsep itu tidak ditelurkan seorang lulusan sekolah bisnis, melainkan pesepakbola yang kepepet situasi. Ya, usaha kuliner tersebut milik pemain sayap andalan Persik Kediri M. Fachrudin.
BACA JUGA: Kisah Keluarga yang Batal Naik AirAsia QZ8501 di Detik-detik Terakhir
Dia termasuk salah seorang pemain yang menjadi korban tidak jelasnya manajemen klub dan kompetisi di Indonesia.
’’Saya masih tetap pemain Persik. Saya juga masih berlatih sepakbola,’’ katanya. Itulah yang membuat Fachrudin mengaku kagok ketika pertama memutuskan berjualan.
’’Bingung ngomong-nya. Kalau berjualan, kan minimal bisa basa-basi,’’ ujarnya. Untunglah, Ita Hefni, sang istri, sangat membantunya. Dialah yang kerap membuat tamu kerasan dengan perbincangan ringan dan segar. Pasangan yang menikah pada 2007 itu terlihat kompak menjalankan usaha kuliner seafood tersebut.
Bagi Fachrudin, berjualan kepiting sangat menyenangkan. Selain memang menggemari kepiting, mantan pemain Arema itu bebas bereksperimen. Ya, selama usaha kulinernya berdiri, yakni awal 2014, Fachrudin sendiri yang memasak kepiting-kepiting tersebut. ’’Bisa beberapa menu sebenarnya. Tapi, yang paling laris asam manis,’’ katanya.
Dia mengatakan, ide usaha kepiting itu berawal dari profesinya sebagai pemain sepak bola yang kian tidak jelas. Bagaimana tidak, gaji yang seharusnya dia peroleh setiap bulan kerap menunggak. Fachrudin menyatakan, saat di Arema, tunggakan gaji mencapai Rp 200 juta.
’’Saya punya istri dan anak. Kalau tidak digaji, membiayai kebutuhan sehari-hari pakai apa?’’ ungkap Fachrudin.
Karir pria berusia 32 tahun itu di dunia sepakbola terbilang cukup lama. Sejak berusia 15 tahun, dia bergabung di Persebaya Surabaya. Bahkan, hingga saat ini Fachrudin mengaku telah bergabung di lebih dari 10 klub sepakbola Indonesia. Pada 2001, Facrudin menjadi pemain sayap di Persebaya.
Selanjutnya, dia bergabung di Persatuan Sepakbola Indonesia Jepara (Persijap). Bahkan, sepuluh tahun terakhir Fachrudin bergabung dengan klub-klub andalan Indonesia. Misalnya, Arema, Deltras, dan Sriwijaya. Terakhir, yakni pada 2014, dia bergabung dengan Persik Kediri.
Meski kiprahnya di dunia sepakbola sudah melanglang buana, Fachrudin tidak lantas puas. Malah dia mengaku kecewa dengan beberapa klub yang pernah diikutinya. ’’Kerja apa saja, kalau gaji nunggak, jelas kecewa,’’ keluh pria asal Desa Kedungpeluk, Kecamatan Candi, itu.
Fachrudin mengakui, sepakbola merupakan hobi sejak kecil. Menjadi pesebakbola juga cita-citanya. Dia tidak pernah berpikir bahwa ada klub sepakbola yang bermasalah dengan finansial sehingga berdampak pada tunggakan gaji pemain.
Untuk menutupi tunggakan gaji itu, Fachrudin kini banting setir. Dia ingin mencoba peruntungan melalui bisnis kuliner. Meski demikian, Fachrudin mengaku hingga saat ini tetap pesepakbola. ’’Pagi masak, siang jualan, sore latihan,’’ kata Fachrudin lalu tertawa lebar.
Bapak tiga anak itu tengah menunggu klub sepakbola yang bakal meminangnya lagi. Akhir tahun ini kontraknya di Persik habis. Sembari menunggu laga berikutnya, dia berjualan Kepiting Jazz. Fachrudin memang tidak mengikutsertakan ketenarannya di dunia sepakbola untuk mendongkrak usaha barunya itu. Namun, ada saja orang mengenalinya.
Fachrudin bercerita, saat pertama berjualan kepiting di Jalan Raya Candi, dirinya diajak berfoto oleh pembeli.
’’Waktu itu saya jualan seperti biasa. Lalu, ada pembeli. Tapi habis dilayani, dia enggak langsung pulang. Ternyata, dia tahu saja lalu mengajak foto juga,’’ jelas pria kelahiran 14 April 1982 itu.
Selain banyaknya klub sepakbola yang pernah diikuti, Fachrudin memiliki segudang prestasi di dunia sepakbola. Saat bergabung dengan Persisam Samarinda, Fachrudin meraih champions pada 2008.
Selain itu, pada 2009, dia menjuarai ISL. Saat itu Fachrudin bergabung bersama Arema. Tahun berikutnya, dia juga meraih gelar runner-up ISL. ’’Terakhir di 2012 saya meraih champions Inter Island Cup. Saat itu saya bersama Sriwijaya,’’ sebutnya.
Fachrudin mengaku tidak akan selamanya menjadi pemain sepakbola. Untuk mengisi masa tua, Fachrudin memiliki cita-cita dapat mengembangkan bisnis kuliner. Kepiting Jazz bakal dia tekuni sampai pensiun dari profesinya sebagai pemainbola.
’’Saya berharap ke depan usaha ini maju. Saya punya angan-angan membuka restoran kepiting di kota yang saya pernah bergabung dengan klub sepak bolanya,’’ harap Fachrudin.
Menurut dia, dengan situasi seperti sekarang, dirinya lebih memilih untuk menjadi penjual kepiting ketimbang pemain sepakbola. ’’Karena lebih bisa menjamin kehidupan,’’ tambahnya. (*/c6/ano)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nisa, Pramugari AirAsia itu Kirim Uang Lebih Cepat
Redaktur : Tim Redaksi