Muhibah Budaya Jalur Rempah Kupang dan Wangi Abadi Kayu Cendana

Senin, 27 Juni 2022 – 12:39 WIB
Sebanyak 40 orang pemuda-pemudi Indonesia dari 34 provinsi sebagai Laskar Rempah melakukan berbagai aktivitas budaya di Kota Kupang, NTT. Foto: dokumentasi Kemendikbudristek

jpnn.com, KUPANG - Sebanyak 40 orang pemuda-pemudi Indonesia dari 34 provinsi sebagai Laskar Rempah melakukan berbagai aktivitas budaya di Kota Kupang.

Nusa Tenggara Timur menjadi singgahan keenam dari Muhibah Budaya Jalur Rempah yang menggunakan KRI Dewaruci.

BACA JUGA: Muhibah Jalur Rempah Pertemukan 4 Kesultanan Maluku Kie Raha di KRI Dewaruci

Rangkaian kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah sebelumnya berada di Banda Neira yang ditutup dengan pelepasan KRI Dewaruci oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid.

“Indonesia adalah pemegang sah jalur rempah. Jejak rempah Indonesia telah menjadi ikon budaya yang mendunia dan menjadi jalur diplomasi internasional bidang kebudayaan. Muhibah Budaya Jalur Rempah bagian untuk mengumandangkan kejayaan nusantara dalam jalur rempah, melahirkan generasi muda yang membawa semangat rempah yang baru, semangat Indonesia yang berdikari, berinovasi, dan terus berikhtiar mewujudkan kemakmuran bagi Indonesia agar dapat mampu mewarnai peradaban dunia,” kata Direktur Perlindungan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti.

BACA JUGA: AS dan Siswi SMK Baru Kenalan, Tangan Sudah Masuk ke Baju

Program Muhibah Budaya Jalur Rempah ingin menumbuhkan kebanggaan masyarakat di berbagai daerah sekaligus memperkuat jejaring interaksi budaya antardaerah, sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengembangkan dan memanfaatkan Warisan Budaya dan Cagar Budaya Nasional.

“Jalur Rempah dilihat sebagai koridor untuk menghidupkan kembali, bahkan menggiatkan, interaksi antarbudaya, tidak hanya lintasan perdagangan komoditas. Sebagai pengembangan diplomasi budaya Indonesia secara sistematis dan massif dengan keharusan bersinergi lintas kementerian, lembaga, dan daerah,” tambah Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek Judi Wahjudin.

BACA JUGA: Seandainya Tak Ada Polisi, MS Bisa Mati

Dari mulai kegiatan menanam cendana, sebagai salah satu penanda dukungan secara nyata pemuda-pemudi generasi masa sekarang dalam usaha membangkitkan kembali tanaman cendana agar kembali mewangi.

Berbagai forum bertukar pikiran, dan berbagi pengalaman dalam menghadapi perkembangan dunia global, termasuk isu perubahan alam juga mereka lakukan bersama stakeholder di Kupang. Forum itu penting untuk mendapatkan berbagai insight baru dalam usaha melestarikan budidaya cendana.

Perjalanan Muhibah Budaya Jalur Rempah memfokuskan pada pemahaman dan aksi bersama sebagai usaha budidaya cendana, mulai proses penanaman bibit hingga perawatan yang membutuhkan proses tak mudah.

Hal ini harus menjadi komitmen bersama antara pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat, agar minyak cendana terbaik di dunia ini tidak punah dari bumi NTT ini.

“Tanaman endemik cendana menjadi salah satu tanaman yang memiliki nilai sosial, budaya dan ekonomi. Cendana di NTT saat ini mengalami penurunan populasi akibat berbagai perilaku manusia yang cenderung melihat dari sisi ekonomi semata. Padahal berabad-abad lalu cendana merupakan salah satu bahan pelengkap untuk berbagai ritual adat,” kata Koordinator Perubahan Iklim dan Bencana Walhi NTT Deddy F Holo.

Upaya konservasi cendana di NTT saat ini sedang dilakukan oleh WALHI NTT dengan membangun 2 (dua) pusat pembibitan dan 1 hektar lahan indukan cendana di kabupaten Sumba Timur, sebagai upaya pelestarian dari berbagai ancaman seperti kebakaran hutan, illegal loging, dan rendahnya minat masyarakat untuk menanam cendana.

“Upaya konservasi cendana harus menjadi gerakan bersama dalam memulihkan ekosistemnya yang sudah semakin terancam punah. Dukungan regulasi perlindungan dan pemanfaatan cendana di NTT perlu didorong oleh pemerintah sebagai wujud komitmen dalam pelestarian dan kesejahteraan masyarakat NTT. Lembaga konservasi dunia, Union For Concervation of Natural Resource pada tahun 1977 telah menetapkan cendana di NTT sebagai spesies red list. Artinya tanaman cendana sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar,” tegas Deddy.

BACA JUGA: Aipda Niam Bersujud Seusai Dapat Map dari Kapolres, Tegang

Sesepuh Masyarakat Timor, Beny Litelnoni mengungkapkan hal senada dengan keprihatinannya terhadap nasib rempah cendana di Pulau Timor yang makin terancam.

Meski dia melihat ada beberapa kelompok tani yang sudah berinisiatif untuk budidaya kayu cendana, dan mulai berkembang. Hanya saja, perlu ada dukungan anggaran dari  pemerintah.

"Sebelum zaman penjajahan Jepang, Belanda, dan Portugis sudah menemukan cendana di Timor sebagai rempah yang sangat bernilai, dan mahal harganya. Cendana ini akan punah karena adanya eksploitasi yang besar-besaran tanpa dibarengi budi daya," ujar Wakil Gubernur NTT Periode 2013-2018 ini. (rhs/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Peringatan Tegas Jenderal Andika Perkasa Buat Prajurit TNI


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler