Pasalnya, praktik pengobatan yang sulit diterima nalar tersebut dianggap MUI terlalu banyak mudarat (kerugian)
BACA JUGA: 30 Terpidana Mati Segera Dieksekusi
Selain itu, praktik tersebut dianggap menjauhkan masyarakat dari ajaran agama.Kesepakatan itu muncul dalam rapat MUI Jatim bersama tujuh Korwil MUI se-Jatim di Surabaya Rabu (18/2)
BACA JUGA: Pertemuan SBY-Hillary Hanya 45 Menit
Karena itu, pemda setempat harus segera mencari cara agar praktik ini bisa dihentikan," kata Ketua Umum MUI Jatim Abdusshomad Buchori kemarin.Dia menjelaskan, ada beberapa pertimbangan mendasar yang membuat MUI Jatim mengeluarkan rekomendasi tersebut
BACA JUGA: JK Akui Golkar Kehilangan Sumber Duit
Salah satunya, praktik tersebut telah memakan korban jiwaTidak hanya itu, "pengobatan'' tersebut juga telah menimbulkan aksi kriminal dari para ''pasien''Contohnya, saat ayah Ponari dianiaya gara-gara berusaha menghentikan praktik itu.Pertimbangan kedua, MUI menilai praktik pengobatan itu dianggap telah mengeksploitasi anak"Sebab, dia terpaksa tidak bisa menikmati kebebasan sebagai anakApalagi, dia harus kehilangan kesempatan untuk mengenyam pendidikan," kata Abdusshomad.
Belum lagi, praktik tersebut sedikit banyak telah mengubah pola pikir masyarakatSampai-sampai, mereka melakukan hal-hal di luar norma"Bisa dilihat, ada yang sampai minum air comberan di sekitar rumah PonariItu kan sudah di luar akal sehat," tegasnya.
Karena itu, MUI meminta agar pemda mencari cara supaya praktik tersebut dihentikanApalagi, saat ini muncul indikasi adanya pihak yang ingin agar praktik itu terus langgeng.
Meski agak terlambat, keputusan MUI itu tepatSekarang tidak ada lagi yang bisa menghalangi panitia dan warga untuk memaksa Ponari berpraktik lagiBocah lugu asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, tersebut kini harus melayani keinginan tak rasional ribuan warga yang mencari sembuh mulai pagi sampai soreAkhirnya, lingkungan murid SD kelas III itu menjadi ajang bisnis yang mengenaskan.
Radar Mojokerto (Jawa Pos Group) melaporkan, saat dibuka kemarin, ada peraturan baru yang diberlakukan panitia yakni membatasi pengunjung hingga 5.000 orang per hariTujuannya, pengunjung yang datang lebih terorganisasiNamun, model antrean baru itu hanya mengenakkan panitia dan membuat berat ''beban'' Ponari.
Eksploitasi Ponari bahkan diduga melibatkan perangkat desaPembagian kupon pengobatan Ponari mulai kemarin dijual di Balai Desa BalongsariSejak pagi, halaman balai desa dipenuhi wargaBegitu ada panitia yang menjual kupon, hanya dalam waktu singkat, ribuan kupon itu habis terjualKarena semakin diburu, harga kupon pun melonjakDari harga yang tertera Rp 2.000, pada praktiknya, kupon tersebut dijual Rp 5.000 per lembarBelum lagi, jika tiket berada di tangan para calo yang bisa seenaknya memainkan harga sampai Rp 20 ribu(doy/jif/yr/ris/jpnn/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mantan GM PT PGN jadi Tahanan KPK
Redaktur : Tim Redaksi