MUI Sebut Perlu Pendekatan Spiritual & Struktural untuk Berantas Judi Online

Rabu, 09 Oktober 2024 – 22:03 WIB
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah Cholil Nafis. Foto tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Untuk memberantas judi online perlu adanya pendekatan spiritual dan struktur agar masyarakat tidak lagi melakukan budaya haram tersebut.

Ketua MUI KH Cholil Nafis menuturkan bahwa pendekatan spiritual itu harus menggandeng ulama agar melakukan dakwah kepada masyakat tentang bahaya judi online.

BACA JUGA: Ajak Masyarakat Memerangi Judi Online, Menkominfo Beri 9 Trik Ini

“Tokoh ulama yang menyadarkan dan memberikan pemahaman kemudian bahasa kita dapat hidayah dari Allah, baru orang sadar sendiri,” kata KH. Cholil Nafis kepada wartawan, Rabu (9/10).

Dia mengatakan sosialisasi tentang bahaya judi online yang disampaikan oleh tokoh ulama maupun tokoh masyarakat, akan mampu menyentuh hati para korban judi online.

BACA JUGA: Sahroni: Pemberantasan Judi Online Jadi PR Besar Pemerintahan Baru

“Kami sosialisasi ke masyarakat tentang pentingnya kerja keras tentang pentingnya sebuah proses untuk bekerja, bahwa kekayaan itu sebuah proses bukan secara tiba-tiba. Sehingga pemerintah, ulama dan masyarakat bersama-sama untuk menyadarkan masyarakat,” katanya.

Selain itu, dari segi struktural pemerintah harus tegas dalam melakukan pemblokiran sejumlah situs judi online yang sangat mudah digunakan masyarakat.

BACA JUGA: Lemkapi Minta Polri Terus Sikat Bandar Judi Online

“Aplikasi yang ada unsur judinya itu harus diblokir, karena orang kalau sudah seneng judi, main bola, tebak-tebakan menteripun bisa jadi judi, apalagi ada sarana onlinenya orang jadi mudah,” ujarnya.

“Jadi, pendekatan pertama pendekatan struktural mengikat kemudian pemerintah bisa memblokir yang ada unsur judi,” sambungnya.

Dia menambahkan untuk judi online tidak bisa menyalahkan pemerintah maupun masyarakat, namun ini harus menjadi pelajaran bersama agar bangsa Indonesia tidak dimasuki budaya laten yang meresahkan ini.

“Kita enggak boleh nyalah-nyalahin siapa, jadi judi online itu udah laten mulai dulu orang yang males kerja, kemudian mengambil jalan pintasnya judi. Kedua, orang yang mengkhayal, dengan judi, pasti orang yang tidak bekerja bener jadinya judi. Yang banyak korban orang miskin, sementara orang kaya jadi bandarnya,” pungkas dia. (cuy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengakuan Eks Pemain Judi Online: Menang Hanya Seratus Juta, tetapi Ruginya Rp 1 Miliar


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler