jpnn.com - "Sejak lahir saya memang tidak memiliki kaki. Tapi, saya yakin, anak-anak yatim inilah yang mampu melangkahkan tubuhku ini menuju surga Allah SWT." Kalimat penuh optimisme itu dilontarkan Munajib, kakek tunadaksa yang getol menumpahkan kekayaan hatinya kepada anak-anak yatim di sekitarnya.
RULLY EFENDI, Jember
BACA JUGA: Brigadir RS Dikenal Pendiam dan Jago Bela Diri
RUMAH tua di Jalan Kamboja No 5 Bangsalsari, Jember, tampak ramai. Terdengar canda gurau enam bocah yang ada di dalamnya. Mereka rata-rata masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Enam anak tersebut merupakan anak yatim. Mereka tinggal di yayasan pemeliharaan dan pendidikan anak yatim, Wilujeng Firdausi Bangsalsari.
BACA JUGA: Humanisme Masa Lalu Sang Doctor of Humanities
Di tengah keriangan enam anak tersebut, ada sosok kakek berusia 63 tahun, Munajib, yang akrab dipanggil Abah. Kakek Munajib tampak begitu sabar merawat enam anak yang dia sebut ''anak surga'' itu. Abah Munajib itu merupakan pengasuh keenam anak yatim di yayasan yang berada tepat di depan Kantor KPN RI Bangsalsari.
Meski memiliki enam anak asuh, Munajib bukan warga yang tergolong mampu secara ekonomi. Hidup dengan kesederhanaan telah dijalani Munajib bersama istri dan tiga anaknya. "Abah ini bukan orang kaya. Tapi, beliau sebagai orang yang kaya hati," puji Saharudin, yang juga sahabat karibnya.
BACA JUGA: Gagal Tembus Akabri, Jualan Tongseng di Jatinegara
Didampingi sejumlah pengurus yayasan, Munajib mengatakan, sejak beberapa tahun lalu, dirinya bersama sang menantu telah bergerilya untuk mencari sejumlah anak yatim yang hendak dia asuh. Namun, langkah sosial suami Mutik Abdul Mukaromah itu belum membuahkan hasil. Ibu anak yatim itu umumnya pesimistis bahwa Munajib akan mampu mengasuhnya.
"Dua tahun kami keliling dari desa ke desa, mencari anak yatim yang hendak saya asuh. Tapi, tidak ada satu pun yang bersedia," katanya sambil mengingat perjuangan itu.
Meski pahit yang dirasakan Munajib, langkahnya tidak pernah berhenti untuk menghidupi anak yatim di sekitar rumahnya. Segala upaya meyakinkan sejumlah keluarga anak yatim pun dia lakukan. Bahkan, sejumlah donatur mulai dia kumpulkan, untuk bersama menghidupi anak yatim yang menjadi tanggung jawab bersama.
Akhirnya, dia pun bertemu seorang rekan lamanya mantan jaksa, yang bersedia memfasilitasi pengurusan akta yayasan. Bahkan, dari rekannya itu pula dia mendapatkan dana pertama untuk membayar uang kontrakan yayasan sekaligus mengadakan buka bersama untuk menarik minat sejumlah anak yatim.
"Setelah kami adakan buka bersama di rumah kontrakan ini, akhirnya langsung ada dua yatim yang bersedia tinggal di yayasan ini," ungkapnya.
Kavita dan Rika, anak asuh yang bersedia tinggal di yayasan yang diasuh Munajib itu, sebagai awal pembuktian Munajib, menjadi orang tua asuh yang baik bagi para anak yatim. Mendengar Munajib mampu menjadi orang tua asuh, yang juga memperhatikan pendidikan agama dan formal, keluarga sejumlah anak yatim di Bangsalsari akhirnya menitipkan anaknya.
Namun, karena dana operasional minim, Munajib bersama sejumlah pengurus yayasan memutuskan tidak menerima anak yatim dalam sementara waktu ini. "Saya hanya mampu merawat enam anak asuh. Dulu sibuk cari anak asuh, sekarang kami banyak menolak. Saya takut, daripada mereka kami tampung, tapi tidak bisa memberikan fasilitasi yang baik, mending kami fokuskan dulu untuk enam anak ini," ungkap Munajib. (*/hadi/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dana Masih Urunan, Berani Impikan Kapal Perpustakaan
Redaktur : Tim Redaksi