jpnn.com - JAKARTA - Musyawarah Nasional IX Partai Golkar akan menjadi ajang kompetisi ketat antara petahana Aburizal Bakrie dan kader muda Priyo Budi Santoso untuk meraih posisi Ketua Umum PG. Apalagi, dukungan dukungan dari pemilik suara terhadap keduanya sangat ketat.
Menurut Ketum Satkar Ulama, organisasi sayap PG, Ali Yahya, sekalipun semua Ketua DPD I mendukung Ical, namun peluang penantangnya belum habis.
BACA JUGA: Kerap tak Konsisten, Jokowi-PDIP Bakal Ditinggalkan
Sebab, pemilik suara riil Munas bukan DPD I, tetapi DPD II berjumlah sekitar 500. Sementara DPD I hanya 34 saja. Dalam politik, kata dia, semua hal bisa berubah dengan cepat.
"Politik tidak seperti matematika yang satu ditambah satu hasilnya selalu dua," kata Ali Yahya, Jumat (21/11/2014).
BACA JUGA: Direksi CTPI Polisikan Dirut MNC TV
Menurut Ali, waktu konsolidasi semakin sempit dengan adanya percepatan pelaksanaan Munas sehingga bisa saja calon ketum akan mengerucut.
Jika sebelumnya ada lebih dari tujuh bakal calon ketua umum, maka persaingan akan mengerucut ke calon yang saat ini sudah mendapatkan dukungan tertulis dari pemilik suara.
BACA JUGA: Pengamat: Presiden Sudah Tepat Pilih Prasetyo sebagai Jaksa Agung
"Sekarang kan bisa dilihat kalau jumlah dukungan terbanyak di Pak Aburizal dan Priyo Budi Santoso," ungkapnya.
Sebelumnya Ical maupun Priyo sudah menunjukkan surat dukungan yang dikumpulkan. Ical mengklaim mendapat dukungan sekitar 460 suara. Priyo juga menunjukkan surat bertanda-tangan ketua dan sekretaris DPD II PG sekitar 380 suara. Calon lain Agung Laksono juga mengklaim mendapat sekitar 285, Agus Gumiwang 175 suara.
Juru bicara PG Tantowi Yahya mengungkapan desakan dari beberapa DPD I, Aburizal Bakrie menyatakan diri siap untuk maju.
"Saat ini baru muncul nama Pak Ical, nama-nama yang beredar di kalangan media belum memastikan diri akan maju," katanya.
Menurut Tantowi, nama-nama yang muncul sebagai kandidat, seperti Priyo Budi Santoso, Agung Laksono dan tokoh muda lainnya, juga masih memiliki kans untuk menang.
"Pak Priyo bagus dan punya pasukan sendiri, juga pak Agung dan lainnya. Jadi, semua punya kesempatan," ujarnya.
Sementara Priyo mengaku tidak takut dengan adanya percepatan dan pelaksanaan Munas di Bandung. Priyo opitimistis bisa berkompetisi dengan Ical.
"Dukungan dari pemilik suara kepada saya sangat solid. Saya yakin para pemilik suara dalam munas akan menggunakan hati nuraninya dan berpikir rasional bagi kejayaan Partai Golkar di masa mendatang," ungkapnya.
Priyo yakin para pemilik suara di Munas tidak ingin kegagalan-kegagalan PG dalam pileg dan pilpres 2014 terulang lagi.
"Terlebih tantangan Golkar semakin berat karena pileg dan pilpres akan dilakukan secara serentak di 2019. Karena itu dibutuhkan figur yang fresh, energik, dan menjual. Bukan figur yang justru membebani Partai Golkar," ungkap Priyo.
Calon ketum Golkar lainnya, Agung Laksono menilai tempat penentuan percepatan Munas IX Golkar dan lokasi munas di Bandung sarat rekayasa. Untuk menghadapi praktik tidak fair dan untuk bisa berkompetisi dengan kandidat incumbent, menurutnya, para calon ketum lain akan bekerjasama.
"Kami bertujuh akan bekerja sama dan memunculkan satu nama. Bisa saya, bisa Pak Priyo atau yang lainnya. Sekarang belum tahu," tegasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP: Silakan KMP Interpelasi
Redaktur : Tim Redaksi