Muncul Kesan KKB Naik Kelas, Bertambah Satu Lagi Musuh Negara

Jumat, 30 April 2021 – 20:25 WIB
Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel saat menjadi narasumber Podcast JPNN.com. Foto: Andika Kurniawan/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA PUSAT - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menyayangkani narasi yang dibangun eks Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai pascapelabelan teroris untuk kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua oleh pemerintah.

"Yang juga perlu diantisipasi adalah manuver tokoh di Jakarta," kata Reza Indragiri dalam keterangan yang diterima JPNN.com, Jumat (30/4).

BACA JUGA: Pelabelan Organisasi Teroris untuk KKB Papua Dinilai Tidak Menyelesaikan Persoalan

Reza melihat Pigai dengan berbagai stigma dan narasi yang gencar dikonstruksikan pada waktu-waktu sebelumnya mengarah ke kesan bahwa pemerintah tengah melancarkan state terrorism terhadap masyarakat Papua.

"Hari ini, yang bersangkutan dia menggunakan cara lain. Dia melontarkan counter narrative dengan membangun framing 'negara versus teroris' sebagai benturan antara agama satu dengan agama lainnya," ucap Reza prihatin

BACA JUGA: Cairan di Bekas Markas FPI Bukan Pembersih WC, Tetapi Bahan Pembuat Bom Molotov

Pakar yang menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi UGM itu khawatir counter narrative sedemikian rupa merupakan bentuk penghasutan yang dapat mengondisikan terjadinya pertikaian horizontal sehingga perlu diluruskan.

"Sah sudah. Medan perang melawan kelompok teror tidak hanya berlangsung di daratan. Patroli udara (baca: dunia virtual, internet, media sosial, aplikasi pesan singkat) juga perlu digencarkan," kata Reza.

BACA JUGA: Covid-19 di DKI Meningkat, Sahroni: Jangan Sampai Jakarta Kayak India

Reza lantas menyinggung perbincangannya dengan salah seorang pejabat BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) di salah satu stasiun TV lokal sekitar dua tahun lalu. Intinya, terorisme tidak ada kaitan dengan agama.

"Saya sempat ajukan pertanyaan ke seorang pejabat BNPT, apakah terorisme semata-mata berkaitan dengan agama? Dia menjawab, tidak. Bahkan pejabat tersebut katakan, ada yang lebih berbahaya, yaitu separatisme," tutur Reza.

Namun saat ini pemerintah telah resmi menyebut KKB di Papua sebagai kelompok teroris. Secara pribadi, Reza mendukung sikap pemerintah tersebut.

Menurut Reza, mengacu literatur, KKB di Papua memiliki kemiripan dengan Nationalist Dissident Terrorism yang paling tidak beroperasi secara lokal.

Memang, katanya, sejenak muncul kesan bahwa naik kelasnya KKB di Papua menjadi kelompok teroris merupakan dampak kegagalan pemerintah dalam meredam beranak-pinaknya perilaku kekerasan masif kelompok tersebut.

Kegagalan itu menurutnya berakibat KKB semakin mengandalkan aksi-aksi brutal, termasuk ke warga sipil, sebagai modus pergerakan mereka. "Juga terkesan bertambah satu lagi musuh negara. Musuh berupa kelompok terorganisasi," ucap Reza.

Di sisi lain, muncul persepsi berbeda. Ketika mereka masih disebut sebagai KKB, maka aksi mereka tak ubahnya kriminal biasa. Sehingga pemikiran yang muncul, cukuplah kriminal dihadapi oleh polisi.

"Betapa pun tindak kriminalitas harus dilawan, namun karena saya bukan korban atau sasaran si kriminal, maka saya merasa KKB bukan pihak yang harus juga saya lawan secara langsung," sebutnya.

Pakar asal Indragiri Hulu, Riau itu menyebut posisinya kini berbeda. Terutama sejak pemerintah melabelkan teroris untuk KKB.

"Terhitung sejak pelabelan teroris, memberikan justifikasi yang legitimate bagi setiap komponen bangsa untuk menyikapi organisasi teroris itu sebagai musuh bersama yang harus diberantas secara cepat, tegas, terukur, tuntas," pungkas Reza. (fat/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler