jpnn.com - DI tengah evakuasi dan penyelidikan jatuhnya pesawat Germanwings di kawasan pegunungan Alpen, pada Selasa (24/3), muncul dugaan bahwa pesawat yang masih menginduk kepada maskapai Lufthansa ini sengaja dijatuhkan....
Seorang jaksa di Prancis Brice Robin, lewat konferensi pers di Marseille mengungkap, kopilot dari Burung Besi nomor penerbangan 4U9525 ini sengaja menabrakkan pesawat saat dia sedang sendiri di dalam kokpit.
BACA JUGA: Heli Milik si Bos Jatuh, Bandara Pribadinya Bakal Dihancurkan
Sementara kapten pilot dengan sengaja dibiarkan berada di luar kokpit yang terkunci.
Mengutip bukti-bukti yang terungkap dari Cockpit Voice Recorder (CVR), Robin mengatakan ada jeda waktu sekitar 8 menit terakhir penerbangan, kopilot bernama Andreas Lubitz (warga Jerman berusia 28 tahun), tidak bersuara saat pesawat menukik turun.
BACA JUGA: Inilah Hasil Rekaman Kotak Hitam Germanwings yang Sengaja Ditabrakkan
"Lubitz masih terdengar bernapas hingga benturan terjadi," ujar Jaksa Robin seperti dilansir dari The Guardian, Kamis (26/3).
Robin menjelaskan, Lubitz seharusnya tidak punya alasan untuk melakukannya, apalagi dia tidak ada hubungan dengan kelompok teroris.
BACA JUGA: Cemburu Buta, Mobil Pacar Ditempeli 30 Pembalut
"Tidak ada yang menganggap ini adalah aksi teroris. Untuk 20 menit penerbangan, pilot berbicara secara normal dan ceria. Kami mendengar komandan penerbangan mempersiapkan briefing untuk mendarat di Dusseldorf dan respon dari kopilot tampak singkat. Kemudian kami mendengar komandan meminta kopilot untuk mengambil kontrol. Kami mendengar pada saat yang sama suara kursi didorong kembali dan suara pintu ditutup," beber Robin.
Robin mengasumsikan bahwa komandan penerbangan harus pergi ke toilet. "Pada saat itu, kopilot sendirian di kontrol, dan saat itu dia mencoba memanipulasi sistem pemantauan penerbangan, terbukti dengan turunnya pesawat. Tindakan memilih ketinggian hanya bisa dilakukan jika itu yang dipilih," kata Robin.
Robin juga mengklaim mendengar beberapa panggilan dari komandan penerbangan meminta akses kembali ke kokpit. Ada interphone visual dan audio, namun tidak ada tanggapan dari kopilot.
"Komandan penerbangan mengetuk pintu untuk menuntut dibuka, tapi tidak ada jawaban. Kami mendengar napas manusia dalam kabin dan kami mendengar ini sampai benturan akhir, yang menunjukkan kopilot masih hidup," papar Robin.
Di sisi lain, menara kontrol di Marseille, kata Robin, tidak menerima respon dari pesawat, meminta kode marabahaya, dan aktivasi transponder untuk pendaratan darurat. Tidak ada tanggapan. Kontrol lalu lintas udara meminta pesawat lain di daerah untuk relay radio untuk mencoba untuk menghubungi Airbus. Namun jawaban tak kunjung datang.
"Empat puluh delapan jam setelah kecelakaan, penafsiran kami adalah bahwa kopilot sengaja menolak untuk membuka pintu kokpit kepada komandan penerbangan, dan menekan tombol yang menyebabkan hilangnya ketinggian. Lubitz melakukan ini, untuk alasan yang belum kami pahami, tapi itu dapat dilihat sebagai keinginan untuk menghancurkan pesawat," tandas Robin
Tim penyelidik masih mencoba mencari tahu mengapa pesawat yang terbang dari Barcelona ke Dusseldorf itu turun dari ketinggian jelajah 38 ribu kaki tanpa seizin menara pengawas lalu lintas udara.
Direktur penyelidik kecelakaan udara di Prancis, Remi Jouty mengatakan, belum ada penjelasan resmi soal penyebab kecelakaan.
Germanwings, maskapai tarif murah milik Deutsche Lufthansa itu juga belum mengungkap identitas kedua pilot. "Data pribadi awak, seperti nama dan usia, tidak diumumkan demi menghormati kerabat,” kata seorang perwakilan maskapai.
Sementara itu, operasi SAR di Pegunungan Alpen terus berlanjut pada hari kedua setelah Germanwings 4U9525 jatuh. Hingga saat ini, seluruh penumpang dan awak yang berjumlah 150 itu diklaim otoritas setempat tak ada yang selamat. (adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kaca Depan Retak, Pilot Germanwings Pingsan Sebelum Pesawat Jatuh
Redaktur : Tim Redaksi