Mundur dari KPK, Dapat Batik dari Ibunda

Rabu, 30 Desember 2015 – 16:25 WIB
Johan Budi Sapto Prabowo. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - NAMA Johan Budi Sapto Prabowo alias Bang Jo alias JBSP sepertinya memang tak bisa dilepaskan dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Karirnya di KPK nyaris sempurna. 

Dia memulai karir menjadi staf di Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK, Kepala Biro Humas KPK, Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK, Deputi Pencegahan KPK, pelaksana tugas Wakil Ketua KPK. JBSP paling dikenal ketika menjabat juru bicara KPK sejak 2006 hingga 2014. 

BACA JUGA: Sudah Terlalu Sering Islam Dilecehkan...

Sosok JBSP dikenal dekat dengan kalangan wartawan. Hampir setiap hari namanya menghiasi media massa sebagai narasumber mewakili lembaga antirasuah. Kurang lebih 10 tahun mengabdi, JBSP memberanikan diri ikut seleksi calon pimpinan KPK jilid IV. Namun, dewi fortuna belum berpihak kepada JBSP. Langkahnya terhenti di Komisi III DPR karena hanya meraih 25 suara. Impian JBSP mengabdi sebagai pimpinan definitif KPK pun kandas. Pria kelahiran Mojokerto, Jawa Timur, 29 Januari 1967 itu tidak lolos menjadi pimpinan KPK jilid IV.

Namun, JBSP tak berkecil hati. Johan menerima kenyataan itu. Malah dia bersyukur karena doa sang istri terkabul. Sebab, ketika menjadi pelaksana tugas pimpinan KPK, JBSP nyaris tak punya waktu bersama anak dan istri. JBSP sudah menerima Surat Keputusan Presiden tentang pemberhentian dengan hormat dari jabatan pelaksana tugas Wakil Ketua KPK. Hal itu seiring dengan dilantikan lima pimpinan KPK jilid IV. 

BACA JUGA: Hadapi Sendiri Protes Amerika

Namun, kabar terbaru cukup mengejutkan. Setelah 10 tahun membaktikan diri di KPK, JBSP memilih mundur sebagai pegawai KPK. Dia memilih membantu KPK dari luar. Lantas apa yang kini dilakukan mantan jurnalis itu setelah tak lagi mengabdi untuk KPK? Berikut petikan wawancara wartawan JPNN M. Kusdharmadi dengan JBSP, Rabu (30/12).

Anda sudah mundur sebagai pegawai KPK?

BACA JUGA: Sedih, Setya Novanto Teman Saya

Saya sudah mengundurkan diri sebagai pegawai KPK. Sebenarnya saya masih pegawai KPK saat tak lagi menjabat wakil ketua sementara KPK. Cuma sekarang saya memilih mundur dari KPK. Pengunduran diri saya pada 23 Desember 2015.

Apa pengunduran diri Anda sudah disetujui pimpinan KPK?

Sudah. Sudah diterima juga. Saya sudah mengembalikan properti, laptop dan ID card. Dan saat ini saya sedang berada di rumah.

Berapa lama Anda mengabdi di KPK?

Ya kurang lebih 10 tahun satu bulan.

Apa kesan yang paling Anda ingat selama mengabdikan diri di KPK?

Selama di KPK posisi saya lengkap. Mulai staf, kepala biro, direktur, deputi kemudian menjadi pimpinan sementara. Yang paling menarik adalah ketika menjadi juru bicara KPK.

Apa yang menarik bagi Anda menjadi juru bicara KPK?

Karena sebagai juru bicara itu saya langsung berbicara dengan publik mewakili lembaga KPK. Banyak suka dukanya. Dan posisi itu paling berkesan. Misalnya, bagaimana dulu ketika di KPK lagi "ramai". Itu paling berkesan.

Anda tertarik menjadi pimpinan definitif KPK hingga mengikuti seleksi dan akhirnya tidak lolos. Apa motivasi awal Anda ikut seleksi itu?

Begini. Awalnya saya memulai karier dari bawah. Ketika saya menjadi pimpinan (sementara), saya jadi tahu lebih banyak dan lebih dalam tentang KPK. Saat menjadi jubir kan itu terbatas. Kemudian, saya berpikir waktu itu di KPK ini masih perlu diperbaiki.

Harus ada orang dalam yang menjembatani untuk menindaklanjuti PR (pekerjaan rumah) internal dan perbaikan sistem waktu itu. Saya juga melihat waktu itu orang dalam KPK tidak ada yang mendaftar. Kemudian, pada saat-saat akhir, saat waktu pendaftaran diperpanjang saya mendaftar.

Ternyata, banyak orang KPK juga mendaftar belakangan waktu itu. Namun kemudian saya tidak lolos. Tapi, saya tetap akan membantu KPK dari luar.

Konkretnya seperti apa membantu KPK dari luar?

Ya kan banyak lahan untuk membantu KPK melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi dari luar. Membantu KPK itu lewat lahan pemberantasan korupsi itu bisa apa saja dan dimana saja. Termasuk dengan cara tulis menulis.

Jadi Anda ingin kembali menekuni dunia tulis menulis?

Haha..sampai hari ini saya belum memutuskan. Sampai hari ini saya belum tahu mau bekerja dimana.

Apakah sudah ada tawaran pekerjaan sesuai bidang keahlian dan pengalaman Anda?

Memang ada beberapa pihak yang menawari. Termasuk bergabung di media, itu ada beberapa. Cuma saya tidak tahu dan saya belum memutuskan. Sekarang saya masih di rumah.

Apa benar salah satunya yang menawari adalah sebuah media massa nasional?

Tidak. Saya belum tahu.

Apa yang Anda lakukan sekarang mengisi waktu karena belum kembali bekerja?

Usai pelantikan pimpinan baru KPK, keesokan harinya saya pulang kampung dan baru kemarin balik lagi ke Jakarta. Saya di kampung sungkem dengan ibu, bersenda gurau dengan ibu.

Apakah Ibu Anda memberikan baju batik baru karena katanya sering melihat Anda di televisi menggunakan batu batik yang itu-itu saja?

Haha. Tidak. Ibu saya ikut senanglah anaknya tidak (terpilih). Intinya, yang namanya orang tua (mungkin khawatir) karena dulunya saat saya di KPK banyak serangan. Apalagi sebagai juru bicara kan selalu tampil di depan. Jadi, dalam perspektif ibu saya jadi hilang bebannya. Cuma saya masih ditanya "kamu mau kerja apalagi? Kan anak-anakmu masih butuh biaya?". Ya kita serahkan sama Allah SWT.

Berbicara membantu KPK dari luar apa pemikiran Anda tentang tren korupsi 2016 dan ke depan?

Jadi begini. Ke depan, selama saya di KPK saya sudah melalui masa pasang surut. KPK pernah alami guncangan hiruk pikuk di lembaga. Nah, saya memang melihat ke depan pemberantasan korupsi itu semakin kompleks. 

Dalam "kacamata" saya, lima tahun belakangan ini modus operandi itu berkembang. Saya tidak mengatakan semakin banyak korupsi. Tapi, pelaku korupsi itu semakin kompleks. Pertama dari sisi modus operandi. Dulu awal-awal KPK berdiri, belum terungka adanya modus "perselingkuhan" antara eksekutif dan legislatif di tingkat daerah misalnya dalam pengesahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. 

Orang tidak menyangka itu bisa jadi modus korupsi. Namun belakangan, kita menemukan dan KPK menangkap pelaku dengan modus seperti itu. 

Kedua, (korupsi) sudah melibatkan keluarga. Ada suami istri, ayah ibu, ayah dan anak bekerjasama melakukan korupsi. Iya kan? Bahkan ada pasangan suami istri yang ditangkap dan dijadikan tersangka oleh KPK.

Kemudian, cakupan korupsi itu semakin luas. Semua itu bisa jadi lahan untuk dikorup. Pengadaan Alquran saja bisa dikorupsi waktu itu. Padahal, itu wilayah yang seharusnya sakral tapi masih dikorupsi. Masalah ibadah haji juga begitu.

Lalu apa yang harus dilakukan oleh lima pimpinan KPK yang baru menghadapi itu semua?

Pertama meningkatkan capacity building KPK-nya. Kemampuan sumber daya manusia di internal, baik itu capacity building dikaitkan dengan SDM maupun infrastruktur. Karena tidak mungkin, SDM dengan kemampun terbatas itu jika tidak diperkuat akan mampu mengatasi itu.

Kedua, membangun komunikasi KPK dengan publik. Dab publik itu bisa non goverment organization, bisa juga stakeholder lain misalnya kementerian dan sebagainya. Itu harus dibangun komunikasinya.  Sesuai dengan apa yang diamanatkan Undang-undang bahwa KPK berfungsi sebagai koordinasi dan supervisi, ini juga harus diperkuat. Terpenting adalah KPK harus on the track.

Mengapa Anda mengatakan KPK harus on the track?

Karena kalau tidak on the track, KPK akan ditinggalkan publik. Yang membuat KPK eksis sampai saat ini yang menurut saya sampai hari ini orang-orang yang bernafsu membubarkan atau mengkerdilkan KPK itu (tidak bisa), adalah (karena) dukungan publik terhadap KPK. Nah, untuk mendapatkan dukungan publik, KPK dan pegawainya harus on the track. Jangan bermain-main, apakah itu bermain politik atau main kasus. Jadi tiga hal itu yang penting menurut saya. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kebetulan Mau Ganti Baju, ya Sekalian


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler