Mungkin Hal Seperti Ini yang Membuat Gerombolan Corona Leluasa Menyerang Surabaya

Rabu, 06 Mei 2020 – 08:16 WIB
Kabag Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah Pemkot Surabaya Agus Hebi Djuniantoro memantau penerapan protokol kesehatan di pasar tradisional Genteng, Selasa (5/5/2020). FOTO: ANTARA/HO-Humas Pemkot Surabaya

jpnn.com, SURABAYA - Pemkot Surabaya mengaku kesulitan menghadapi para pedagang dan pembeli di sejumlah pasar tradisional yang sering melakukan pelanggaran protokol kesehatan menghadapi pandemi virus corona jenis baru COVID-19.

"Betapa sulitnya menertibkan dan mengajak para pedagang maupun pembeli di pasar tradisional itu untuk menaati ketentuan atau protokol yang ada," ucap Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah Pemkot Surabaya Agus Hebi Djuniantoro di Surabaya, Rabu (6/5).

BACA JUGA: Tensi Politik di Surabaya jadi Panas Gara-gara Corona Makin Ganas

Anak buah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini itu menyebut misalnya di Pasar Keputran yang hampir setiap hari dilakukan penertiban.

Meski yang melanggar ditegur, lanjutnya, ada saja pedagang maupun pembeli yang kembali melanggar.

BACA JUGA: Hotman Paris Bertanya Cara Menghindari Godaan Perempuan Cantik, Aa Gym Tertawa

Dikatakan, petugas dari Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah Pemkot Surabaya, setiap hari gencar turun untuk melakukan operasi dan sosialisasi terkait penggunaaan masker.

Hal itu terus menerus dilakukan agar masyarakat dapat menjadikan aturan tersebut sebagai kebiasaan.

BACA JUGA: Siswa Kembali Bersekolah Akhir Mei, Bioskop dan Salon Buka Pekan Depan

"Kami juga senantiasa menjadikan hal itu sebagai kebiasaan. Karena yang belum biasa menjadi biasa itu sulitnya," kata Hebi.

Banyak pedagang yang mengeluh suaranya tidak dapat didengar jelas oleh pembeli jika mengenakan masker.

Makanya, Hebi memberi solusi agar di setiap toko menyediakan kertas dan pembeli dapat menuliskan kebutuhannya tanpa harus membuka masker.

"Guna menghindari kendala komunikasi itu, pihak PD Pasar juga sosialisasi untuk menyediakan kertas biar pembeli bisa menuliskan kebutuhannya," katanya.

Tak hanya menerapkan physical distancing atau jaga jarak fisik di lingkungan pasar, Hebi menyatakan, setelah melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya bahwa alat pembayaran berupa uang kertas dan koin juga menjadi media penyebaran virus.

Oleh karena itu, lanjut dia, demi keamanan dan keselamatan warga sebelum uang tersebut diterima maka harus disemprot menggunakan disinfektan.

"Uang pun harus disemprot dulu sebelum dimasukkan di dalam tas. Jadi uang kertas dan receh ini berbahaya," katanya.

Selain itu, kata Hebi, yang tidak boleh ketinggalan siapapun yang berlalu lalang di pasar juga wajib menggunakan masker dan sarung tangan plastik tanpa terkecuali, terutama bagi para pedagang.

Di sisi lain, Hebi juga meminta agar warga setelah melakukan aktivitas di pasar, setiba di rumah segera bersih-bersih badan/mandi.

"Mohon sekali lagi masyarakat untuk langsung mandi setelah tiba di rumah," katanya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler