jpnn.com, JAKARTA - Sido Muncul sudah membeli aset PT Nyonya Meneer berupa tanah seluas 24.475 meter persegi dan bangunan. Nilai aset itu mencapai Rp 21,9 miliar.
Namun, Sido Muncul masih menimbang-nimbang pemanfaatan aset yang dibeli lewat lelang itu.
BACA JUGA: Putu Supadma Dorong Peningkatan Peran Museum di Indonesia
Corporate Secretary PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk Tiur Simamora mengatakan, perseroan belum memutuskan akan digunakan untuk apa aset tersebut.
”Sementara ini sedang dikaji ke depan mau dijadikan apa. Sementara kami penuhi dulu perizinannya untuk balik nama,” kata Tiur, (12/10).
BACA JUGA: Sido Muncul Caplok Aset Nyonya Meneer
Aset yang dibeli Sido Muncul dari Nyonya Meneer itu dulu merupakan taman dan museum edukasi bernama Taman Djamoe Indonesia.
Taman tersebut didirikan Lauw Ping Nio atau yang kini dikenal sebagai Nyonya Meneer.
BACA JUGA: Pak Jokowi Bakal Hibahkan Lima Keris ke Museum di Solo
Taman itu mulai dibuka untuk umum pada 28 Februari 2011. Taman tersebut berisi tanaman-tanaman bahan baku jamu.
Di sana, masyarakat bisa mempelajari obat-obatan tradisional beserta cara pembuatan jamu.
Masyarakat pun dapat membeli produk jamu dan makanan tradisional lainnya.
Namun, taman itu berhenti beroperasi sejak Nyonya Meneer dinyatakan pailit oleh PN Semarang pada 3 Agustus 2017.
Kepailitan Nyonya Meneer terjadi karena tuntutan dari salah seorang krediturnya, Hendrianto Bambang Santoso.
Sejak saat itu, para kreditor mengajukan tagihan utang mencapai Rp 252,8 miliar kepada perusahaan yang berdiri hampir seabad tersebut.
Analis senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menuturkan, taman yang dibeli Sido Muncul itu bisa jadi tidak membawa keuntungan bagi perseroan.
Sebab, emiten berkode saham SIDO tersebut hanya membeli taman edukasi yang bahkan belum diputuskan bakal dijadikan sebagai apa.
Jika Sido Muncul mempertahankan aset tersebut sebagai taman jamu, itu hanya akan memperluas kegiatan corporate social responsibility (CSR) perseroan.
Bahkan, aset tersebut bisa menjadi beban perseroan jika tidak dikelola dengan strategi yang baik.
Sebab, masyarakat yang datang ke taman itu belum tentu membeli jamu maupun produk lain yang dijual di sana.
”Kecuali, kalau yang dibeli dari Nyonya Meneer itu mesin. Atau jika mereka mengubah taman dan museum itu menjadi perluasan pabrik sehingga meningkatkan kapasitas produksi dan menambah pendapatan,” ujarnya. (rin/c16/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berdiri Sejak 1919, Nyonya Meneer Akhirnya Ambruk
Redaktur & Reporter : Ragil