Musim Hujan, Waspadai Banjir dan Sampah

Selasa, 31 Desember 2013 – 12:46 WIB
Sampah di Jakarta. Foto: JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Persoalan sampah di musim penghujan di bulan Desember hingga Januari ini perlu diwaspadai karena besar curah hujan. Jika banjir disertai sampah maka akan memperparah kondisi banjir yang melanda Jakarta.

Peringatan ini disampaikan Rommy, calon anggota DPD dapil DKI Jakarta, Selasa (31/12). Kata dia, tidak hanya banjir yang bisa melanda tapi juga semakin banyak penyakit yang bisa menyerang warga. "Ini harus segera diantisipasi," katanya.

BACA JUGA: Puncak-Jonggol jadi Kawasan Istimewa

Hal yang bisa dilakukan dengan melibatkan peran masyarakakat adalah membuat pemukiman warga bersih dari sampah. Langkah ini kata Rommy bisa meminimalisir tersumbatnya gorong-gorong atau saluran air yang sudah menjadi kebiasaan buruk warga.

"Banyak sekali kebijakan Pemprov DKI untuk mengatasi sampah, khususnya untuk mencegah banjir dan sampah ini. Namun, kampanye perilaku bersih atau "jangan nyampah" ini harus terus didukung dengan manajemen pengelolaan sampah yang baik," katanya.

BACA JUGA: Tenda Pemda DKI untuk Tahun Baru Ambruk

Calon DPD yang bertagline Anak Kampung ini mengatakan Pemprov DKI harus menyediakan fasilitas pengakutan sampah dari rumah penduduk hingga tingkat kelurahan dengan cara  memperbanyak fasilitas penjemputan sampah agar tidak tertimbun lama di pemukiman warga. Menurutnya, pengangkutan sampah yang rutin ke perkampungan ini bisa mengurangi perilaku warga agar tidak membuang sampah ke aliran sungai.

Selain itu kata dia, Pemprov DKI bisa menyediakan banyak tong sampah di tempat umum. Karena perilaku nyampah seringkali terjadi karena minimnya menemukan tong sampah di tempat umum. Jika diluar negeri, orang bisa sampai memiliki perilaku menyimpan sampahnya didalam tas sampai mereka menemukan tong sampah, hal ini sangat langka dijumpai di Indonesia.

BACA JUGA: Baru Diresmikan Sehari, JLNT Kampung Melayu-Casablanca Sudah Macet

"Perlu penyediaan tong-tong sampah di kendaraan umum misalnya, atau disepanjang jalan, atau juga di banyak titik di perkampungan warga," ucapnya.

Pria yang juga alumnus Program Pasca Sarjana Faculty of Arts University of Western Australia (UWA) mencontohkan di Ciracas Jakarta Timur. Kata dia, di Ciracas hanya ada 2 gerobak sampah yang sudah tidak memadai tapi warga juga berpartisipasi aktif membuat gerobak. "Alangkah baiknya jika Pemprov DKI bisa menyediakan sarana gerobak lebih banyak atau merubahnya dengan mesin pengangkut sampah sehingga sampah tidak akan tertimbun lama disekitar area pemukiman," katanya.

Sebetulnya kata Rommy, sudah banyak contoh kampung-kampung kumuh yang bisa disulap menjadi kampung bersih, dan juga memberdayakan warga untuk mengelola industri sampah yang bisa didaur ulang. Ibu-ibu rumah tangga, atau anak-anak muda yang belum memiliki pekerjaan pun bisa berkreatif dan menghasilkan uang dari bisnis kreatif semacam ini jika ada keinginan untuk melakukan perubahan.

"Label bahwa sampah itu hanya dekat dengan kata tukang bersih dan pemulung pastinya bisa diatasi dengan mendiversifikasi jenis pekerjaan yang terkait dengan pengelolaan sampah ini," pungkasnya. (awa/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ragam Kuliner Semarakkan JNF


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler