Mutu Siswa Ditentukan Pembelajaran yang Berkualitas

Rabu, 29 Mei 2019 – 11:16 WIB
Siswa belajar komputer di sekolah. Foto: Radar Kediri/JPG

jpnn.com, JAKARTA - Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Diksasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan, saat ini upaya pemerataan mutu pembelajaran menjadi fokus pemerintah.

Mutu yang ditagih adalah peningkatan pada kompetensi siswa, pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, serta kreatif.

BACA JUGA: Sistem Zonasi Harus Dipertahankan, Siapa pun Presidennya

Menurut Hamid, dalam setahun ini Tanoto Foundation melalui Program PINTAR bekerja sama dengan Kemendikbud telah melatih para guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, dan budaya baca.

Dampaknya, pembelajaran di kelas guru-guru memfasilitasi siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran. Siswa juga dilatih keterampilan abad 21 dan peningkatan minat membaca. Masyarakat juga terlibat aktif dalam meningkatkan kualitas sekolah.

BACA JUGA: Dana Pendidikan Rp 400 Triliun tapi Sekolah Masih Mahal

BACA JUGA: PPDB 2019 SMP Sistem Zonasi, Nilai USBN Tidak Diperhitungkan

“Mutu siswa ditentukan pembelajaran yang berkualitas, maka yang harus dikontrol dan diawasi adalah guru. Maju tidaknya sekolah bergantung kepala sekolah. Program PINTAR ini memastikan guru dan kepala sekolah menjalankan perannya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Saya mendorong program ini perlu didiseminasikan dalam rangka pemerataan kualitas pendidikan. Kemendikbud, pemerintah daerah, dan Tanoto Foundation perlu bersinergi untuk mewujudkannya,” kata Hamid pada acara Sharing Best Practice Program PINTAR di Jakarta, Selasa (28/5).

BACA JUGA: Dana Pendidikan Rp 400 Triliun, Hasilnya Apa?

Murniati Nasution, Kepala SDN 122250 Pematang Siantar, Sumatera Utara, memaparkan pengalamannya membawa perubahan pembelajaran di sekolahnya.

Semua guru konsisten menerapkan pembelajaran aktif, siswa difasilitasi belajar menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan kegiatan membaca buku setiap hari.

Orang tua juga terlibat aktif dalam mendukung peningkatan mutu sekolah. Kini, para kepala sekolah dan guru-guru dari sekolah lainnya tertarik belajar dan mengunjungi sekolahnya untuk melihat proses pembelajaran di kelas.

“Saya sering mengikuti pelatihan namun tidak ada tindaklanjut implementasinya. Pelatihan ini sangat berbeda. Sejak awal pelatihan kami sudah langsung berpraktik, kami juga didampingi agar dapat menerapkan dalam pembelajaran. Hal itu membuat saya bersama para guru terinspirasi untuk berkomitmen menerapkan hasil pelatihan,” terang Murniati.

Untuk memastikan guru juga berkomitmen menerapkan pembelajaran aktif di kelas, Murniati rutin melakukan pendampingan pembelajaran melalui kegiatan supervisi.

”Sebelum supervisi, saya mendampingi guru menyiapkan dalam perangkat dan media pembelajaran yang akan digunakan. Di dalam pembelajaran, saya juga tidak hanya duduk diam dan mencatat, tetapi saya ikut mendampingi proses pembelajaran. Pascasupervisi saya juga mengajak guru berdiskusi hasil pembelajaran, apa yang sudah berhasil dan apa yang perlu diperbaiki ke depan. Dampaknya, para guru selalu berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran,” paparnya.

Setelah perubahan terjadi di semua kelas, kepala sekolah mulai mengundang orang tua siswa untuk melihat pembelajaran di kelas.

“Karya siswa hasil pembelajaran kami pajangkan dan orangtua diundang untuk melihatnya. Ternyata orangtua sangat terkesan dengan hasil belajar anak-anaknya. Jadi bukan hanya angka-angka saja yang dilaporkan tetapi hasil riil pembelaran siswa di kelas, bisa diketahui orang tua siswa,” paparnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler