jpnn.com - YANGOON – Sejarah Myanmar penuh dengan jalan berkelok. Konflik berdarah karena perang saudara mewarnai perjalanan Myanmar. Semua bermula ketika Burma merdeka pada 1948 silam.
Saat itu, U Nu yang merupakan rival politik Jenderal Aung San menjadi perdana menteri pertama. Aung San merupakan ayah pejuang Myanmar Aung San Suu Kyi. Pecahan partai yang dipimpin U Nu menang pada pemilu 1960. Tapi, militer berang karena ideologi pemerintahan berdasar Budha. (jos/jpnn)
BACA JUGA: Seperti Ini Kronologi Penangkapan Pelaku Bom Paris
Berikut linimasa Myanmar:
1948: Burma merdeka. U Nu, rival politik Jenderal Aung San (ayah Suu Kyi), menjadi perdana menteri (PM) pertama.
BACA JUGA: Pelaku Bom Paris Tertangkap, Ternyata Masih Muda
1960: Pecahan partai yang U Nu pimpin menang gemilang dalam pemilu. Tapi, ideologinya tentang pemerintahan berdasar Buddha membuat militer berang.
1962: Gen Ne Win pimpin kudeta militer terhadap pemerintahan U Nu. Pemerintahan sipil terguling, junta militer berkuasa. Junta menghapus sistem pemerintahan federal dan menerapkan paham sosialisme serta membentuk partai tunggal sebagai wadah politik.
BACA JUGA: Panglima TNI Ajak Kerja Sama Angkatan Bersenjata ASEAN, Ini Tujuannya
1974: Konstitusi baru berlaku. Kekuasaan berpindah dari militer pada Dewan Rakyat yang dipimpin Ne Win dan para petinggi militer.
1982: Memberlakukan hukum nonpribumi yang membedakan penduduk asli dengan penduduk campuran atau pendatang. Mereka yang bukan pribumi dianggap warga kelas dua yang tidak berhak duduk di pemerintahan.
1988: Ribuan warga sipil tewas dalam unjuk rasa antipemerintah. Burma bentuk SLORC alias Dewan Restorasi Hukum dan Peraturan Negara.
1989: SLORC mendeklarasikan hukum militer serta menangkap ribuan orang yang sebagian besar adalah aktivis demokrasi dan pejuang HAM. Termasuk Suu Kyi yang lantas menjadi tahanan rumah. Nama Burma berganti Myanmar. Rangon menjadi Yangon.
1990: Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), partai oposisi, menang telak dalam pemilu. Tapi, junta militer tidak mengakui hasil pemilu tersebut.
1991: Suu Kyi dianugerahi Nobel Perdamaian.
1992: Than Shwe menjadi chairman SLORC dan langsung membebaskan sejumlah tahanan politik.
1995: Suu Kyi diperbolehkan meninggalkan rumah untuk kali pertama sejak menyandang status tahanan rumah. (jp/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Inilah Ancaman Nyata ASEAN di Masa Mendatang
Redaktur : Tim Redaksi