jpnn.com, PENAJAM PASER UTARA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makariem memberikan pujian untuk Guru Penggerak.
Dia menegaskan bahwa peran Guru Penggerak sangat penting dalam upaya memajukan dunia pendidikan.
BACA JUGA: Nadiem kepada Seorang Guru: Bukan Kami yang Menentukan Benar atau Salah
Nadiem Makarim lantas mengibaratkan topi Guru Penggerak lebih penting ketimbang topi Mendikbud.
"Topi Guru Penggerak lebih penting daripada topi menteri saya, karena dari kepala Guru Penggerak yang penuh inovasi, setiap kesulitan dalam pembelajaran justru menjadi tantangan yang harus dicarikan solusi," kata Nadiem di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Rabu (7/4).
BACA JUGA: Dukung PTM Terbatas, Pemda Menggiatkan Vaksinasi, Mendikbud Nadiem Mengapresiasi
Pernyataan ini disampaikan Nadiem karena Guru Penggerak adalah guru yang melihat permasalahan merupakan tantangan yang harus dicarikan solusi, yakni melalui kreativitas dan berpikir merdeka untuk menjadi yang lebih baik.
Selain itu, katanya, Guru Penggerak selalu berpikir bahwa setiap anak memiliki potensi yang berbeda, sehingga guru akan berkreasi untuk mengembangkan potensi anak-anak didiknya.
BACA JUGA: Mendikbud Nadiem: SKB Sudah Berlaku, Tidak Perlu Menunggu Juli 2021
Nadiem menambahkan Guru Penggerak juga mau membagi ilmu, dan berani tampil di depan guru lain baik secara langsung dalam bentuk mendampingi, maupun melalui saluran media sosial. Menurutnya, segi kemampuan tersebut dapat ditiru oleh guru lain.
"Guru Penggerak tidak akan putus asa dengan guru-guru lain yang mungkin agak lambat melakukan perubahan, sehingga Guru Penggerak justru akan melakukan pendekatan untuk perlahan mengubah paradigma bagi guru lainnya untuk bersama melakukan perubahan," katanya.
Dalam sesi wawancara dengan wartawan setelah berdialog dengan sejumlah guru di halaman SDN 025 Kabupaten PPU, Nadiem juga memberikan apresiasi kepada bupati setempat karena 70 persen dari total guru di sana sudah divaksin.
"Jika dalam waktu dekat semua telah divaksin maka PPU sudah bisa melakukan pembelajaran tatap muka dengan jumlah terbatas, yakni dalam satu kelas tidak boleh lebih dari 18 siswa dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat," ucap Nadiem Makarim. (antara/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Boy