Naik Pesawat, Setiap Koper Berisi Rp 2 M, Total Rp 200 M Disetor ke Dimas Kanjeng

Sabtu, 01 Oktober 2016 – 06:08 WIB
Empat batang emas palsu yang terbuat dari kuningan dari Dimas Kanjeng yang diserahkan ke Najwiah (almarhumah). Foto: M ROMADONI/RADAR SURABAYA/JPNN

jpnn.com - SURABAYA – M. Nur Najmul Muin, anak bungsu Najmiah Muin kemarin (30/9) sore resmi melapor ke Polda Jatim  atas kasus penipuan yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. 

Pria yang didampingi kerabat dekat dan anggota komisi III DPR RI Akbar Faizal itu, juga membawa bukti penipuan yang diduga dilakukan Dimas Kanjeng. 

BACA JUGA: Waspada, Perampok Menyaru Jadi Nasabah Bank

Nur tiba Mapolda Jatim sekitar pukul 16.00. Dia langsung masuk ke ruang Kapolda Jatim Irjen Anton Setiadji dengan membawa satu koper bukti penipuan. 

Sekitar 15 menit kemudian, Nur dibawa ke gedung Ditreskrimum Polda Jatim untuk memberikan keterangan.

BACA JUGA: Korban Cabul Bertahun-tahun: Bapak sedang Menuntut Ilmu Hitam Gendoruwo

Laporan tersebut dibuat atas perbuatan Dimas Kanjeng terhadap Najmiah. Ibunya sudah menyerahkan uang lebih dari Rp 200 miliar. 

”Sebenarnya ingin (lapor, Red) dari dulu. Tapi almarhumah minta sabar dulu,” ucapnya. 

BACA JUGA: Pembunuh Sadis Dosen UMSU Terancam Hukuman Mati

Dia mengatakan, ibunya terlibat dalam padepokan Dimas Kanjeng sejak 2014. 

Saat itu, ada utusan Taat Pribadi yang mengaku sebagai kholifah menggelar acara di Makassar. 

Sejak itu, ibunya menyerahkan duit secara bertahap kepada Taat. Totalnya lebih dari Rp 200 miliar. Janjinya, akan kembali lebih dari yang diserahkan. Ada yang tunai, ada juga yang ditransfer. 

Dia mengaku tidak tahu persis awal-awal ibunya terlibat dalam padepokan tersebut. Nur baru tahu pada 2015. 

Dia pernah sekali disuruh membantu mengantar uang Rp 10 miliar tunai untuk diserahkan ke padepokan Taat di Probolinggo. Uang pecahan seratus ribuan itu dibungkus dalam lima koper.

Masing-masing koper berisi Rp 2 miliar. Saat itu, dia bersama orang tua dan beberapa saudaranya. ”Saya pikir baju. Setelah naik pesawat, ternyata isinya uang,” jelasnya.

Sebenarnya Nur sendiri tidak yakin bahwa uang yang diserahkan itu akan kembali dalam jumlah yang lebih besar. 

Tapi ibunya tetap menyuruhnya yakin. Meski begitu, dia tetap merasa tidak yakin. Apalagi setelah bukti penipuannya jelas.

Misalnya, Taat memberikan sejumlah benda yang diklaim akan menjadi barang berharga. Misalnya satu kotak kayu berisi batangan berwarna emas. 

Batangan itu memiliki gambar yang beragam. Ada yang bergambar Presiden Soekarno, ada juga yang bergambar palu arit. 

Ketika diletakkan di meja, bunyinya sama persis dengan logam.

Batangan berwarna emas itu diklaim sebagai emas muda. Setelah sebulan, akan menjadi emas asli. Taat meminta Najmiah untuk bersabar sampai menjadi emas betulan. 

Nur semakin curiga karena setelah lewat sebulan, batangan itu tidak kunjung berubah menjadi emas asli. ”Waktu dicek di toko emas, ini bukan emas,” ucapnya.

Nah, agar batangan itu lekas menjadi emas, Najmiah diminta membayar mahar setiap bulan.

Tujuannya agar emas muda itu bisa segera tua. Tapi meski mahar sudah diberikan, tetap saja batangan itu tidak menjadi emas. 

Hingga akhirnya Najmiah meninggal lima bulan lalu setelah berobat ke Singapura. 

Bukan hanya batangan emas. Taat juga memberi Najmiah plastik mika berwarna emas. Plastik tersebut bermotif uang pecahan seratus dolar dan mata uang Burma. 

Tidak jelas motif pemberian benda tersebut. Selain itu, ada juga satu lembar kertas berukuran besar yang bergambar mata uang Dinar pecahan 10 ribu. 

Dalam satu lembar besar itu, terdapat 15 uang yang masih dalam keadaan belum terpotong.

Ada juga lima tumpukan kertas yang tebalnya sekitar tujuh centimeter dengan ukuran mirip uang kertas. 

Tumpukan itu dibungkus kertas warna gelap. Di bagian luarnya, tertulis 1.000 Yen dari gudang 01 dan 03 Jateng. 

Kertas itu diduga diklaim akan berubah menjadi uang. Hanya saja, ketika dibuka kemarin, di dalamnya hanya berisi kertas warna putih yang diikat seutas tali.

Nur memastikan duit Rp 200 miliar lebih itu merupakan uang pribadi ibunya. Bukan dari setoran sesama pengikut Taat. 

BACA: Kantong Ajaib Dimas Kanjeng, Dapur ATM, hingga Plastik Mika

 

Menurut dia, barang bukti penipuan itu awalnya terbungkus rapi. Dia berani membuka sebelum ibunya meninggal dunia. Dari sanalah, dia meyakini bahwa itu penipuan. (eko)

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perempuan Paruh Baya Tilep Uang Nasabah, Nilainya Wow


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler