jpnn.com - Tangan kanan Donald Trump itu akhirnya menyerah: Allen Weisselberg.
Allen menyerahkan paspornya. Namun, ia masih tetap boleh bepergian. Termasuk ke luar negeri –hanya harus atas izin pengadilan.
BACA JUGA: Dirjen Pajak Usul Wajib Pajak Badan yang Lapor Rugi Kena PPh Satu Persen
Itu berarti penyelidikan atas perusahaan Trump mencapai puncaknya: masuk pengadilan.
Memang belum menyentuh langsung Trump. Masih satu tangga lagi, tetapi tangga itu sudah dipanjat tinggi. Sampai ke tangan kanan.
BACA JUGA: Keluhan Sri Mulyani soal Wajib Pajak Badan: Mengaku Rugi, tetapi Mengembangkan Usaha
Allen sudah lebih 40 tahun bekerja di perusahaan Trump. Ia-lah yang mengurus segala macam keuangan. Umurnya sudah 74 tahun.
Sidang untuk mengadili Allen masih akan dilakukan bulan September depan. Allan tegas: tidak mau mengaku bersalah.
BACA JUGA: Merasa Dibungkam, Donald Trump Gugat Twitter, Facebook, dan Google
Berarti pengadilan itu nanti akan panjang dan seru.
Apalagi kalau mantan presiden Trump harus menjadi saksi. Lebih lagi kalau Trump terseret pula sebagai pesakitan.
Ini kasus pajak. Menurut jaksa perusahaan Trump menggelapkan pajak. Sejak lama.
Menurut kubu Trump, ini soal politik. Untuk menjatuhkan Trump.
Namun, jaksa di Amerika sangat independen. Kasus ini sudah menjadi perhatian jaksa sejak tahun 2002, jauh sebelum Trump berminat masuk ke politik.
Bahkan yang memulai menyelidiki kasus ini adalah Rudy Giuliani. Yakni ketika Rudy masih menjadi jaksa distrik. Sebelum ia menjadi wali kota New York.
Jauh sebelum Rudy berubah menjadi pembela berani mati Trump di Pilpres 2020.
Pengadilan ini nanti akan rumit. Soal pajak sering beda penafsiran peraturan.
Sudah sangat lama Amerika tidak memiliki perkara rumit begini: perkara pajak yang berkembang menjadi perkara pidana.
Itu karena perusahaan Trump dianggap tidak kooperatif. Juga tidak mau menyelesaikan 'secara pajak'. Perusahaan Trump terus bersikap seperti Trump: lawan!
Menurut catatan media di Amerika, perkara mirip ini, terakhir terjadi 40 tahun lalu.
Saking besarnya masih tetap menjadi omongan sampai sekarang. Pun sudah difilmkan oleh Hollywood. Dengan judul serem: Ratu Jahat (Queen of Mean).
Mirip dengan yang sekarang: menyangkut raja properti di New York. Bahkan lebih kaya dari Trump.
Nama konglomerat itu: Harry Brakmann Helmsley.
Lihatlah: Gedung Empire yang paling terkenal di New York itu adalah miliknya. Hotel Park Lane itu miliknya. Helmsley Palace yang mewah itu miliknya. Hampir di setiap blok besar di New York ada hotel miliknya. Kalau kita masukkan yang di luar New York hampir 100 hotel dimilikinya.
Harry dulu tidak lulus SD. Orang tuanya tidak mampu membiayainya sekolah. Setelah agak besar kakeknya menemukan pekerjaan untuk anak tidak punya ijazah seperti Harry: menjadi tenaga serabutan di perusahaan real estate.
Belum lagi berumur 30 tahun ia sudah bisa membeli perusahaan tempatnya bekerja. Lalu mengawini seorang janda punya anak satu.
Setelah perkawinan itu berumur 25 tahun ia ceraikan janda itu. Harry segera kawin dengan janda empat kali. Yang umurnya 52 tahun. Agresif. Pintar bicara. Cenderung kasar. Suka ngomel. Gampang memecat karyawan. Termasuk kelas manajer senior. Kadang sambil ganti baju pun dia bisa teriak. Lalu staf di dekatnya sudah kehilangan pekerjaan.
Wanita ini memang gesit bekerja. Perusahaan pun cepat maju. Dia keturunan Polandia Yahudi. Anaknya satu, laki-laki, dari suami terdahulu. Namanya: Leona Helmsley.
Sebelum dikawini, Leona adalah wakil presiden di anak perusahaan calon suami. Begitu dikawini bos besar di perusahaan itu, Leona ikut jadi bos besar. Kekuasaannya tidak lagi hanya di anak perusahaan. Langsung di holding-nya.
Grup real estate milik Harry pun kian besar. Kendali lebih banyak di tangan Leona. Termasuk yang berhubungan dengan kontraktor. Banyak kontraktor tidak dibayar. Sering dicari kesalahan di pekerjaan mereka. Beberapa kasus masuk ke pengadilan. Leona sering menang.
Mirip sekali dengan gaya Trump saat mengelola perusahaan real estate-nya.
Salah seorang dari orang-orang yang sakit hati itulah yang mengadukan praktik pembayaran pajak di perusahaan itu.
Terutama ketika Leona membangun Helmsley Palace Hotel. Yang sampai memasukkan belanja celana dalam ke pembukuan perusahaan.
Salah satu yang menjadi saksi di pengadilan adalah mantan tenaga yang bersih-bersih rumahnya. Yang dipecat. Yang mendengar sendiri ketika Leona memarahinya.
Leona, kata saksi itu, berulang mengatakan dengan bangga tidak pernah bayar pajak. Hanya sedikit orang membayar pajak.
Sebenarnya pengadilan ingin mengabaikan kesaksian itu. Namun, terlalu banyak kesaksian yang memojokkan Leona.
Jaksa sebenarnya juga mendakwa sang suami. Namun, kondisi badan sang suami sudah lemah. Jantungnya bermasalah. Juga ada gejala stroke. Dengan pertimbangan kesehatan, Helmsley tidak diajukan ke pengadilan.
Sang istri sendirilah yang menghadapi banyak tuduhan. Yang kalau dijumlah akan membuatnya dihukum 17 tahun penjara.
Beberapa tuduhan akhirnya digugurkan. Sang istri hanya masuk penjara 18 bulan. Nmaun, ia juga dihukum tidak boleh memegang jabatan eksekutif di perusahaan.
Yang lebih berat, Leona mendapat hukuman sosial dari media: Sang Ratu Jahat. Gelar yang terbukti lebih abadi.
Gelar baru itu sebenarnya sebagai parodi atas gelar Queen yang dia ciptakan untuk dirinya sendiri di masa jayanya: Queen of Palace. Itu untuk menggambarkan bahwa kehebatan Helmsley Palace Hotel adalah karena peranannya. Bukan suaminya.
Setelah keluar penjara Leona lebih banyak tinggal di rumah. Apalagi setelah suaminyi juga meninggal.
Dia lebih banyak bersama anjing kesayangannya. Yang kelak menjadi salah satu yang berhak mendapat warisan –sesuai dengan wasiat khusus Leona.
Tiga tahun setelah Leona keluar dari penjara, Harry Helmsley meninggal dunia. Seluruh harta, senilai sekitar Rp 100 triliun, jatuh ke Leona.
Berarti Leona tetap kaya raya. Salah satu teman lamanya adalah Imelda Marcos –istri Presiden Filipina Ferdinand Marcos yang punya sepatu 1.000 pasang itu.
Leona juga raja tega. Anak tunggalnya dengan suami terdahulu meninggal di umur 43 tahun. Sudah punya istri dan anak.
Begitu selesai pemakaman Leona langsung mengusir menantu dan cucunya. Rumah yang ditempati itu, kata Leona, milik perusahaannya.
Tentu tidak akan ada Leona di pengadilan perkara pajak perusahaan Trump nanti. Namun, dramanya tidak kalah seru. Judulnya: Naik Tangga. (*)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi