jpnn.com, JAKARTA - Kehadiran tenaga kesehatan (Nakes) yang melek teknologi akan membantu pelayanan kepada masyarakat.
Di era digital ini sudah menjadi keharusan untuk memiliki serta mampu menggunakan teknologi digital.
BACA JUGA: Perbandingan Gaji PPPK Guru, Nakes, Penyuluh, dan Teknis, Terhitung 1 Januari 2024
“Tenaga kesehatan bisa memanfaatkan teknologi secara efektif untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan (Yankes),” kata Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pemerintahan, Diah Aliefya, Minggu (24/3).
Hal itu, menurutnya, bisa meningkatkan aksesibilitas bagi masyarakat, juga mempercepat kemajuan dalam bidang medis.
BACA JUGA: Kemenkominfo Serukan Pentingnya Literasi Digital Bagi ASN
Indonesia memiliki tantangan dengan kondisi geografis dan infrastruktur yang menjadi hambatan dalam bidang kesehatan.
"Literasi digital menjadi kunci penting untuk memastikan Yankes merata dan berkualitas bagi masyarakat,” sambungnya.
BACA JUGA: Literasi Digital Jadi Bekal Masyarakat Menjelang Pemilu
Dengan peningkatan pemahaman literasi digital bisa mendukung transformasi digital sektor kesehatan di Indonesia. Hal ini juga perlu dukungan dari berbagai pihak.
Kemenkominfo saja tidaklah cukup, harus ada dukungan dan kolaborasi berbagai pihak, termasuk lembaga-lembaga profesi, seperti Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia, sambungnya.
Sementara itu, Ketua Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI) Amirudin Supartono mengatakan, penguasaan literasi digital menjadi kunci memberikan perawatan berkualitas dan aman kepada masyarakat.
Menurutnya, literasi digital tidak hanya mengacu pada kemampuan teknis seperti memahami, mengakses,mengevaluasi, dan menggunakan informasi kesehatan digital.
"Juga pada kemampuan kritis untuk memilah-milah informasi yang benar dan terpercaya dari berbagai sumber yang tersedia secara online,” katanya.
Konsultan Gizi terkait Makanan, Gizi dan Kesehatan, Muhammad Nur Hasan Syah menyebutkan profesi gizi perlu memanfaatkan digitalisasi untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan.
Kemampuan digital penting bagi profesi gizi, juga keterampilan komunikasi.
Menurut Hasan, ada juga hal-hal lain yang perlu diperhatikan seorang profesional di bidang gizi khususnya di tenaga gizi dalam menjalankan praktik keprofesiannya. Di antaranya melakukan segala sesuatu harus berbasis sains yang memiliki bukti ilmiah.
“Bukti ilmiah menjadi hal penting penting dalam mengurangi hoaks tentang isu kesehatan dan gizi,” pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad