jpnn.com - JAKARTA - Penghitungan suara pemilu legislatif yang kini sedang masuk tahapan rekapitulasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum selesai. Namun, diprediksi tidak sedikit politisi yang beken di Senayan bakal tak bisa kembali menduduki empuknya kursi rakyat.
Tidak hanya partai Demokrat yang suaranya anjlok drastis. Caleg PDI Perjuangan pun juga bisa tersingkir lantaran kalah strategi di dapilnya.
BACA JUGA: Pastikan Jamaah Indonesia Belum Terpapar Corona
Anggota Komisi III DPR Eva Kusuma Sundari, yang dikenal publik sebagai politisi perempuan yang cukup lantang menyuarakan kalangan minoritas, ternyata harus siap-siap menerima kekalahan untuk tidak kembali lagi ke Senayan.
Hal ini lantaran Eva, yang memilih dapil Jawa Timur VI dengan nomor urut 3, kalah bersaing dengan caleg lainnya. Sebab di dapilnya dengan rekan separtainya seperti Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung dan mantan Bupati Blitar Djarot Saiful Hidayat.
BACA JUGA: Pro-Jokowi Keberatan Puan jadi Cawapres
“Ya saya harus siap-siap, tapi pantauan terakhir memang peluang saya kecil. Saya duga karena serangan fajar. Tapi kan tidak ada yang sia-sia dalam menjalani aktivitas politik ini,” kata Eva kepada INDOPOS (Grup JPNN), Jumat, (18/04).
Eva mengaku sudah menghabiskan uang kampanye sekitar Rp 1,5 miliar. Uang tersebut dia rogoh dari koceknya sendiri dengan cara yang lurus, dan bukan utang. Dia mendapat informasi, sejumlah caleg bahkan harus menggelontorkan uang hingga Rp 10 miliar untuk biaya kampanye.
BACA JUGA: KPK Sita Mobil Jaguar Airin
“Kampanye lurus itu maksudnya benar-benar ke lapangan dan bertemu dengan pemilih, bukan hanya tim sukses. Kita sudah turun di ratusan desa sejak 6 bulan sebelum pemilu untuk bertemu dengan calon pemilih di Kabupaten Tulungagung, Kota Kediri, Kota Blitar, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Blitar,” paparnya.
Meski begitu, Eva mengaku tak mau menyalahkan calon pemilih yang lebih tertarik pada uang, ketimbang janji dan kontrak politik selama lima tahun. “Justru saya menyalahkan sistem pemilu kita. Saat Pemilu 2004, tidak parah begini. Kalau sekarang yang modalnya gede-gedean baru punya peluang,” ujarnya.
Hal yang sama juga dialami oleh Anggota Komisi III lainnya, dari partai PPP, Ahmad Yani. Pria yang dikenal lantang bersuara disetiap persidangan DPR ini, kecil kemungkinan bisa kembali lagi ke Senayan. Meskipun, Yani yang merupakan caleg PPP nomor urut 1 dapil Sumatera Selatan 1 itu masih optimis meraih satu dari delapan kuris yang diperebutkan.
“Tapi untuk pemilu 2014, ini saya akui transaksinya lebih hebat, dibanding pemilu sebelumnya,” Kata Yani.
Sementara itu, Anggota Komisi III asal Golkar, Nudirman Munir menyesalkan masih terjadinya politik uang yang dilakukan secara masif dan terang-terangan. Dia khawatir orang-orang yang terpilih di parlemen nanti, adalah mereka yang dipilih karena uang dan popularitasnya semata, bukan karena kualitasnya. Meski begitu, mantan Wakil Ketua Badan Kehormatan DPR itu pasrah dengan pilihan rakyat.
“Ya kalau gagal mau ngapain kita sudah berusaha, kita serahkan Allah SWT. Mau ngotot bukan zamannya lagi, kita minta ke Mabes Polri untuk bertindak bila ada kecurangan. Itu aja harapan kita ke depan,” tandas politisi yang maju dari dapil Sumatera Barat II ini.
Sekedar diketahui, dari perolehan suara itu, SRMC memprediksi PDIP akan memperoleh jatah paling sedikit 105 kursi dan paling banyak 117 kursi di DPR. Disusul Golkar 85-97 kursi, Gerindra 69-78 kursi, Demokrat 57-68 kursi, PKB 42-52 kursi, PAN 38-48 kursi, PKS 35-45 kursi, Nasdem 31-34 kursi, PPP 27 kursi, Hanura 16-27 kursi, PBB 0 kursi dan PKPI 0 kursi. (dms)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengurus Harian PPP Gelar Pertemuan setelah SDA Pergi
Redaktur : Tim Redaksi