jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI dari NasDem, Taufik Basari atau Tobas mengingatkan kepolisian untuk tidak membangun narasi seolah-olah gas air mata bukan penyebab kematian orang di Tragedi Kanjuruhan.
"Sebaiknya Polri tidak perlu berdalih bahwa gas air mata bukan penyebab timbulnya korban," kata legislator Fraksi Partai NasDem itu melalui layanan pesan, Rabu (12/10).
BACA JUGA: Politikus NasDem Menilai Hasto Melakukan Politik Rendahan
Tobas mengatakan gas air mata yang ditembakkan seusai laga Arema FC vs Persebaya yang mengakibatkan kepanikan suporter dan berujung terjadinya Tragedi Kanjuruhan
"Sudah sangat terang dan jelas bahwa gas air mata memicu terjadinya kepanikan para penonton dan berakibat fatal," katanya.
BACA JUGA: Soal Sebutan Nasdrun Untuk NasDem, Gus Choi Bilang Begini
Politikus NasDem itu meminta kepolisian mengakui secara terbuka bahwa gas air mata yang ditembakkan personel Korps Bhayangkara seusai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya menjadi awal petaka di Tragedi Kanjuruhan.
"Lebih baik Polri mengakui bahwa gas air mata adalah pemicu dan penyebab jatuhnya korban, dan penggunaan gas air mata oleh personel aparat dalam stadium adalah kesalahan yang dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana," kata alumnus Universitas Indonesia (UI) itu.
BACA JUGA: Versi Arsul, Publik Melihat PDIP-NasDem Ada Ketegangan
Sebelumnya, Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menyebut gas air mata yang digunakan personel Brimob dalam Tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, tidak mematikan.
Menurut Dedi, penjelasan itu berdasar dua keterangan ahli, yakni ahli bidang teksiologi atau racun dari Universitas Udayana dan ahli kimia dan persenjataan dari Universitas Indonesia.
"Gas air mata atau CS ini dalan skala tinggi pun tidak mematikan," kata Dedi pada Senin (10/10).
Jenderal Dedi mengatakan berdasar penjelasan para ahli dan dokter spesialis yang menangani para korban baik yang meninggal dunia maupun korban luka bahwa tidak satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata.
"Penyebab kematian adalah kekurangan oksigen, karena apa? Terjadi berdesak-desakan, terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan mengakibatkan kekurangan oksigen," ujar perwira polisi itu. (ast/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Aristo Setiawan