Nasib Guru Honorer, Rocky Gerung Membandingkan Jokowi dengan Hirohito

Senin, 01 Juni 2020 – 09:00 WIB
Massa honorer K2 tidur di depan Istana Negara, Selasa (30/10) malam. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Nasib guru honorer di Indonesia yang hidup di bawah standar kehidupan layak rupanya mendapat perhatian Rocky Gerung.

Pengamat dan filsuf ini menilai, rendahnya kesejahteraan guru honorer karena Presiden Joko Widodo tidak memahami esensi dari dunia pendidikan.

BACA JUGA: Rocky Gerung Bicara soal Virus Corona, Waduh

Dia lantas membandingkan Jokowi dengan Kaisar Jepang Hirohito dalam memperlakukan guru.

Hirohito dinilai lebih memuliakan guru dibandingkan Jokowi.

BACA JUGA: Gawat! PPPK Mulai Tumbang Satu Per Satu, Komentar Hanif Honorer K2 Bikin Terharu

"Kaisar Hirohito pada saat dilaporkan panglima perangnya bahwa Herosima dan Nagasaki sudah dibumihanguskan oleh bom sekutu, langsung memanggil kabinetnya. Dia bertanya berapa guru yang tersisa. Dan, saya akan kembali membangun Jepang," kata Rocky dalam akun YouTube Trilogi TV, Minggu (31/5)

Rocky mengatakan, sikap Kaisar Hirohito itu menunjukkan optimistis yang tinggi. Dia yakin dengan bantuan guru-guru bisa membangun Jepang.

BACA JUGA: Dokter Hendriyanto: Kami Sampaikan Kabar Gembira

Karena dia tahu, dari tangan guru-guru itu bisa mencetak generasi bangsa yang qualified.

"Sikap optimistis tidak dihasilkan oleh pemimpin yang gugup dan gagap. Contohnya Hirohito yang tidak gagap melihat Herosima Nagasaki jadi puing-puing. Dia justru dengan tabah melihat rakyatnya menderita dan kemudian bangkit bersama guru-guru membangun Jepang," tuturnya.

Hasilnya, lanjut Rocky, Jepang mampu new normal 20 tahun kemudian.

Dua dekade setelah Herosima Nagasaki hancur, puing-puingnya masih di situ tetapi Jepang sudah tumbuh sebagai negara yang memiliki teknologi mutakhir, dan infrastruktur berkembang pesat.

Bagaimana dengan Indonesia? Rocky mengulik kejadian akhir Oktober 2018. Di mana ribuan guru honorer demo beberapa hari depan Istana Negara.

Namun, tidak ada pejabat istana yang datang menemui mereka. Presiden Jokowi juga tidak menemui para pengunjuk rasa.

“Saya membayangkan, mungkin pada saat itu presiden bertanya kepada kepala staf ada berapa guru yang sedang demo di depan istana. Dilaporkan misalnya 2000 guru. Jawaban Jokowi, kalau begitu kita jangan keluar," ucapnya.

"Bayangkan, Kaisar Hirohito bertanya berapa guru yang tersisa agar dia bisa membangun Jepang. Presiden Jokowi malah takut keluar menemui guru. Takut keluar menemui akal pikiran. Takut keluar menemui pemuka-pemuka pendidikan," lanjutnya.

Jadi, kata Rocky, dari awal sudah terlihat soal pendidikan tidak dimengerti Jokowi.

Guru demo depan istana tidak direpons. Mungkin, kata Rocky, Presiden berpikir lebih penting staf khusus milenial daripada guru.

"Itulah bedanya Kaisar Hirohito dengan Jokowi di dalam kebijakan pendidikan," cetusnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler