'Negeri Tanpa Telinga' Bisa Dijadikan Kampanye Antikorupsi

Kamis, 14 Agustus 2014 – 22:14 WIB
Negeri Tanpa Telinga.

jpnn.com, JAKARTA - FILM besutan artis yang juga sutradara cantik, Lola Amaria terus menjadi buah bibir. Bahkan, karya terbarunya dalam film Negeri Tanpa Telinga dinilai menjadi alternatif membangun kesadaran agar politisi menjauhi korupsi dan penyimpangan seks.

Sejumlah pejabat negara yang hadir dalam pemutaran perdana film ini di Jakarta, awal pekan kemarin, merasakan bagaimana film ini bisa dijadikan sebagai kampanye antikorupsi. Para pejabat yang hadir, di antaranya, adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu dan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto.

BACA JUGA: Syuting Film Horor, Nana Mirdad Ogah Dekati Hantu

Bambang Widjojanto menilai Negeri Tanpa Telinga ini sebagai film yang menarik. “Pertama, film Negeri Tanpa Telinga ini menarik, tapi apa betul negeri ini tanpa telinga? Jangan-jangan tanpa mata, tanpa hati dan saya khawatir tanpa kepala, kalau itu yang terjadi mengerikan,” ujarnya.

“Tetapi, apapun yang terjadi di negeri ini tanpa telinga, tanpa kepala, tanpa hati, kita harus cinta negeri ini, karena di sini bukan hanya orangtua dan anak-anak kita, tapi juga di sini kita harus membangun apa yang namanya optimisme untuk sebuah kejayaan bagi bangsa,” tambahnya.

BACA JUGA: Tetap Ngojek meski Kini Telah Jadi Artis

Bambang meyakini film ini bukan hanya sekadar tontonan tetapi akan menjadi tuntunan dan membongkar kesadaran masyarakat bahwa di negeri yang tanpa telinga ini kelak akan dibangun suatu yang besar dan mata bisa mendengar, telinga bisa melihat serta hati bisa bicara.

Film ini, lanjutnya, bisa menjadi tonggak dan titik balik bahwa sebuah kesadaran yang dibangun oleh film bisa digunakan untuk membangun karakter bangsa. “Karena kita sekarang dikepung oleh yang namanya screen culture dan film adalah salah satu medium untuk membongkar dan membangun kesadaran untuk memuliakan kehormatan. Saya harap fim ini bisa menjadi tonggak bagi kesadaran yang lebih dashyat bagi Indonesia,” ujar Bambang.

BACA JUGA: The Raid Merantau di Festival dan Pasar Dunia

Bambang berharap film ini bisa ditonton oleh anak-anak muda yang banyak terlibat dengan industri kreatif dan banyak bermain dengan gadgetnya, sehingga kemudian menyemangati bangsa ini untuk bangkit.

Selain itu, ia juga berharap film ini tidak hanya ditonton orang-orang yang memang telah memiliki komitmen untuk memberantas korupsi, tetapi oleh orang-orang yang ikut dalam pertarungan mempertukarkan gagasan untuk mencari presiden yang terbaik. Sehingga calon presiden kita nantinya mendapatkan seluruh pesan yang ada dalam film ini.

Sementara itu sang sutradara, Lola Amaria menjelaskan bahwa film ini menggambarkan kisah-kisah skandal politik, seks dan korupsi yang melibatkan para petinggi politik yang mewarnai pemberitaan beberapa bulan lalu. Ia mengakui bahwa ide film ini memang berasal dari pemberitaan kasus-kasus korupsi di sejumlah media.

“Kalau saya boleh mengumpamakan film ini sebagai kata-kata, maka ini adalah bahasa tutur saya untuk masyarakat Indonesia. Karena kami tidak memiliki corong yang besar untuk bicara, maka rangkaian gambar dengan cerita bermakna inilah yang bisa kami mainkan,” pungkas Lola. (did/rmo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gara-gara Crush, Uthie Mulai Suka Cherrybelle


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler