jpnn.com, JAKARTA - Neraca perdagangan mengalami defisit sebesar USD 1,63 miliar pada April 2018.
Secara keseluruhan, defisit pada tahun ini mencapai USD 1,31 miliar.
BACA JUGA: Neraca Perdagangan Surplus sampai Akhir Tahun
Padahal, kinerja neraca perdagangan sempat membaik pada Maret 2018.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai defisit neraca dagang bulan lalu disebabkan impor migas sepanjang Januari hingga April membengkak hingga USD 9 miliar.
BACA JUGA: Surplus Neraca Perdagangan Tertinggi Sejak November 2012
Jumlah itu lebih tinggi USD 700 juta jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Impor migas yang membengkak tersebut merupakan efek kenaikan harga minyak mentah.
BACA JUGA: Neraca Perdagangan Kaltim Surplus Rp 106,4 Triliun
Tekanan impor juga berasal dari impor barang konsumsi yang tumbuh 25,8 persen bila dibandingkan pada Maret.
Hal itu sesuai dengan faktor seasonal menjelang Ramadan.
Pada April lalu, kinerja ekspor nonmigas juga anjlok cukup dalam, yaitu 6,8 persen (mtm).
Ekspor minyak sawit atau CPO turun 4,5 persen (mtm) dan besi baja jeblok 31,5 persen (mtm).
Kinerja beberapa produk unggulan ekspor, terutama CPO, terhambat bea masuk dari India dan nontarif dari Eropa.
’’Kondisi ini tentu tidak sehat bagi perekonomian. Meningkatnya impor membuat permintaan dolar naik signifikan. Akibatnya, rupiah diprediksi terus melanjutkan pelemahan hingga Juni,’’ ujar Bhima, Selasa (15/5). (ken/c14/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Impor Bahan Baku dan Modal Melonjak, Neraca Dagang Juli Defisit
Redaktur & Reporter : Ragil