Neraca Perdagangan Surplus sampai Akhir Tahun

Kamis, 16 November 2017 – 14:19 WIB
Ilustrasi peti kemas. Foto: Frizal/Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan Oktober mengalami surplus USD USD 0,90 miliar.

Nilai ekspor mencapai USD 15,09 miliar. Sedangkan impor sebesar USD 14,19 miliar.

BACA JUGA: Sejarah, Maluku Utara Akhirnya Ekpor Ikan

Neraca perdagangan diprediksi terus mencatatkan surplus hingga akhir tahun.

Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menyatakan, secara kumulatif selama Januari hingga Oktober, tren surplus terus berlangsung.

BACA JUGA: Kunci Pertumbuhan Ekonomi Bukan APBN tapi Dua Hal Ini

Dia menilai performa ekspor tahun ini cukup baik jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Dia menguraikan, surplus neraca perdagangan dari Januari–Oktober 2017 mencapai USD 11,78 miliar.

BACA JUGA: Jokowi: Kunci Pertumbuhan Ekonomi Itu Ekspor dan Investasi

’’Total ekspor USD 138,46 miliar dan impor USD 126,68 miliar,’’ kata Kecuk, Rabu (15/11).

Mengenai ekspor, kata Kecuk, pada Oktober terjadi kenaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 18,39 persen.

Selanjutnya, jika dikomparasikan dengan bulan sebelumnya, juga terjadi kenaikan 3,62 persen.

Sebesar 90 persen kenaikan tersebut dipengaruhi peningkatan ekspor nonmigas. Sebaliknya, ekspor migas mengalami penurunan 1,86 persen.

’’Penurunan ekspor migas disebabkan anjloknya ekspor minyak mentah dan ekspor hasil minyak,’’ jelasnya.

Sementara itu, lonjakan impor pada Oktober ini cukup tinggi. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, kenaikannya mencapai 11,04 persen.

Selanjutnya, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, peningkatannya mencapai 23,33 persen.

Nilai impor Oktober tahun ini –USD 14,19 miliar– juga merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2014.

’’Kalau kita lihat trennya, November–Desember ini biasanya juga agak meningkat sejalan dengan pola di ekspor,’’ tuturnya.

Kecuk menguraikan, jika dilihat menurut penggunaan barang, impor barang konsumsi naik 11,68 persen secara month-to-month (mtm) dan 29,58 persen secara year-on-year (yoy).

Selanjutnya, impor bahan baku penolong juga naik 12,13 persen secara mtm dan 25,75 persen secara yoy.

Impor barang modal pun naik 5,60 persen mtm dan 9,80 persen yoy.

’’Untuk bahan baku, ada tiga komoditas yang mengalami kenaikan tinggi. Yakni, ferokrom, raw sugar, sama kopra. Sementara itu, barang konsumsi yang naik, antara lain, mini butter dan fresh mandarin (jeruk, Red),’’ ucapnya. (ken/c22/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gunakan Pendekatan Bilateral untuk Buka Pasar CPO


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler