Neraca Perdagangan Indonesia Terus-menerus Surplus 17 Bulan, Ini Penyebabnya

Jumat, 15 Oktober 2021 – 16:27 WIB
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyatakan neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus. Foto: Dok. JICT

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyatakan neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus.

BPS mencatat pada September neraca perdagangan Indonesia suplus USD 4,37 miliar.

BACA JUGA: Neraca Perdagangan Surplus, Kok Rupiah Hari Ini Nyungsep?

"Nilai ekspor USD 20,60 miliar dan impor USD 16,23 miliar," kata Margo pada jumpa pers di Jakarta, Jumat (15/10).

Menurut dia, komoditi nonmigas penyumbang surplus terbesar adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja.

BACA JUGA: Neraca Perdagangan Agustus Sukses Mengerek Rupiah Hari Ini, Mantap!

"Negara yang memberikan andil terhadap surplus terbesar yaitu Amerika Serikat, India, dan Filipina," ujar dia.

Margo memaparkan neraca perdagangan dengan AS mengalami surplus USD 1,5 miliar dengan komoditas surplus terbesar yakni pakaian dan aksesorinya.

BACA JUGA: Berita Terkini Neraca Perdagangan RI Januari-Agustus 2021: Surplus USD 19,17 Miliar

Kemudian, perdagangan dengan India juga mengalami surplus sebesar USD 718,6 juta dengan komoditas utama bahan bakar mineral dan lemak minyak hewan nabati.

Surplus perdagangan juga dialami dengan Filipina yang mencapai 713,9 juta.

"Komoditas penyumbang surplus terbesar yaitu bahan bakar mineral serta kendaraan dan bagiannya," papar Margo.

Kendati demikian, perdagangan RI juga mengalami defisit dengan beberapa negara, di mana yang terbesar adalah perdagangan dengan Australia, Thailand, dan Ukraina.

Defisit dengan Australia sebesar USD 529,7 juta itu karena bahan bakar mineral; dan bijih logam, perak, dan abu.

Kemudian, defisit perdagangan dengan Thailand mencapai USD 346,8 juta yang disebabkan oleh komoditas plastik dan barang dari plastik, diikuti dengan mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya.

"Perdagangan dengan Ukraina terjadi defisit sebesar USD 247,2 juta dengan komoditas utama serealia serta besi dan baja," kata dia.

Neraca perdagangan RI secara kumulatif pada periode Januari-September 2021 mengalami surplus USD 25,07 miliar.

Pada periode yang sama pada 2020 yang surplusnya tercatat USD 13,35 miliar dan bahkan pada 2019 Indonesia mengalami defisit.

"Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya," ujar Margo. (antara/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler