Neraka Tinggal di Rumah Mertua

Jumat, 23 September 2016 – 11:41 WIB
Neraka Tinggal di Rumah Mertua. Ilustrasi Fajar/Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - Kumpul mertua itu ada enak dan tidaknya. Enaknya, mungkin semua makanan bisa gratis.

Tapi tidak enaknya, selalu ada omongan yang bikin ‘sakitnya tuh di sini.’

BACA JUGA: Dua Pintu Masuk Barang di Papua Sudah Ditentukan

Akibat kekolotan sang mertua, Sephia, 48, warga Sidotopo harus melihat kedua anaknya menikah di usia sebelum 18 tahun.

Umi Hany Akasah - Radar Surabaya

BACA JUGA: Buwas: Lampung Peringkat Kedua di Sumatera

SEBAGAI mantu, Sephia seyogyanya sudah cukup bersabar. Dia menutup telinga rapat-rapat meski mertuanya tiap menit dan detik ngecemes tiada henti.

“Sing diomongno onok ae. Aku ngambil ini salah, masak kurang asin, kurang manis. Eh, dia nambahin sendiri asinnya malah koyok nguyai segoro,” ungkap Sephia di sela-sela proses isbat nikah anaknya di Pengadilan Agama (PA) Klas 1A Surabaya, Kamis (22/9).

BACA JUGA: Dor! Satu Warga Roboh dalam Bentrok di Baloi Kolam

Sephia mengaku sudah tak berdaya dengan kecerewetan mertuanya. Sebab, Sephia ikut di rumah mertuanya karena belum memiliki rumah sendiri.

Dia memilih mengalah karena sampai sekarang suami dan dirinya tak memiliki penghasilan sendiri.

Kedua suami istri itu mendapatkan seluruh kebutuhan rumah tangganya baik makan, minum sampai keperluan sekolah anak dari mertuanya yang merupakan pedagang makanan di kawasan Perak.

“Sebenarnya saya mau saja kerja, ya seperti jadi pembantu. Tapi, sama suami tidak boleh,” kata Sephia.

Sudah 25 tahun lalu, Sephia tinggal dan ikut dengan mertuanya. Namun tinggal di rumah mertua, Sephia harus merasakan kecerewetan ibu mertuanya sebut saja Mira, 69.

Yang bikin ibu tiga anak itu sakit hati adalah mertuanya terlalu kolot.

Kalau anak muda sekarang tidak gaul dan gaptek. Mira melarang Sephia dan anak-anaknya memakai celana.

Sebab, dia menganggap celana tidak boleh dipakai oleh kaum wanita. Tradisi lain yang wajib ditaati adalah soal larangan makan bila suami atau anak laki-laki belum makan.

“Iyo nek sing lanang iku sadar dienteni, nek enggak yo ngunu iku resikone. Aku enggak mengan-mangan sampai malem,” ucap Sephia kecut.

Yang bikin kesel adalah aturan tidak boleh pacaran. Ketika ketahuan pacaran, maka akan langsung dikawinkan.

Itu yang harus dialami kedua putri Sephia yang dipaksa menikah di usia sebelum 18 tahun.

Putri pertamanya menikah di usia 16 tahun hanya karena ketahuan jalan bersama teman lelakinya di depan rumah.

Begitu pun nasib putri keduanya yang harus menikah sebelum lulus SMA di usia 17 tahun.

“Anak saya itu nikah sirri semua. Sekarang saya sudah punya cucu lima,” kata Sephia.

Anak pertama terbilang masih beruntung mendapatkan suami yang bertanggung jawab.

Sedangkan anak kedua bernasib tidak terlau mujur. Suaminya menikah lagi.

Tentunya, itu karena dia tidak memiliki status pernikahan sah sehingga ditinggal gledak begitu saja oleh suaminya yang notabene masih belum dewasa.

“Yang kedua janda. Yang pertama sekarang proses pengurusan isbat nikah,” kata Sephia.

Disinggung tentang upaya untuk menghindari kecerewetan mertuanya, Sephia mengaku akan cuek bebek.

Tapi sekarang, dia mengaku lebih cerewet dan ketat lagi kepada keluarganya.

“Mertua kan sudah tua, badannya sudah keok. Ya sekarang kekuasaan diambil alih aku dong,” kata Sephia lantas tertawa terbahak. (*/jay)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kader Demokrat Tegal Kangen Pak SBY? Sampai Bertemu di Slawi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler