Netanyahu Gagal Menjegal Iran

Perundingan Nuklir dengan Amerika Serikat Jalan Terus

Kamis, 05 Maret 2015 – 03:15 WIB
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berpidato di hadapan Kongres AS di Washington, DC, Rabu (4/3). fotoAFP/JPNN.com

jpnn.com - MONTREUX - Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Pepatah itulah yang menggambarkan hubungan segi tiga Amerika Serikat (AS), Iran, dan Israel. Meski Israel berusaha menjegal dialog AS dan Iran terkait program nuklir, Menteri Luar Negeri John Kerry dan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif tetap berunding. 

 Sejak Senin (2/3) Kerry dan Zarif bertemu di Kota Montreux, Distrik Riviera-Pays-d'Enhaut, Provinsi Vaud, Swiss. Mereka melangsungkan perundingan tentang nuklir Iran selama tiga hari berturut-turut atau hingga kemarin (4/3). Dua tokoh itu memang sengaja mengabaikan manuver Israel lewat pidato Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu di hadapan Kongres AS. 

BACA JUGA: Duarrr... Puluhan Petambang Tewas Terjebak di Perut Bumi

 Dalam pidatonya, Netanyahu mencatut nama Kerry. Dia mengatakan bahwa politikus senior AS itu telah mengonfirmasikan adanya 190.000 sentrifugal pengaya uranium di Iran. "Artinya, dalam hitungan pekan, Iran akan bisa memproduksi senjata nuklir," papar pemimpin garis keras Israel tersebut. Pada 2012 dia menuduh Negeri Para Mullah itu akan memproduksi senjata nuklir mulai 2013.

 Seperti pernyataan Presiden AS Barack Obama, sampai sekarang pun tidak ada klaim Netanyahu yang terbukti. Bahkan, dia salah menerjemahkan pernyataan Kerry tentang nuklir Iran. Kemarin pejabat senior Departemen Luar Negeri AS berusaha meluruskan pemahaman salah Netanyahu tersebut. Dia menegaskan bahwa Kerry tidak pernah membiarkan Iran memproduksi senjata nuklir.

BACA JUGA: Jelang Eksekusi Mati Duo Bali Nine, KJRI di Sydney Didemo

 "Kerry tidak berbicara seperti itu. Dia mengatakan kepada pemerintah Iran bahwa jika mereka menjalankan program nuklir sipil yang secara resmi menghasilkan energi listrik, mereka boleh saja memiliki sebanyak-banyaknya pembangkit nuklir, bahkan sampai sejumlah 190.000," terang pejabat yang mendampingi Kerry dalam perundingan di Swiss itu. 

 Tentang pidato Netanyahu, Obama kembali angkat bicara. Kali ini dia cenderung menegaskan kembali wacana yang disampaikannya pada awal pekan tentang analisis Israel. "Saya tidak akan mengomentarinya secara politik. Saya juga tidak akan mengomentari drama (pidato Netanyahu) ini. Sejauh ini, tidak ada yang baru dalam pidato tersebut," tandas pemimpin 53 tahun tersebut. 

BACA JUGA: Demi Dapatkan Simpati, Ibu Muda Ini Racuni Balita Sendiri

 Pendapat yang sama dipaparkan Jubir Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham. Mewakili Teheran, dia mengatakan bahwa pidato Netanyahu hanyalah rangkaian kata-kata yang membosankan. Sebab, semua hanya ulangan dan tidak ada yang baru. "Pidato Iranophobic (ketakutan terhadap Iran, Red) itu adalah tipu muslihat belaka. Tujuan utamanya adalah memenangi dukungan untuk pemilu," tukasnya. 

 Ya, di balik drama politik seputar pidato kontroversialnya dengan Iran itu, Netanyahu memang sedang punya kepentingan politik. Hal tersebut terkait dengan keinginannya untuk kembali mencalonkan diri dalam pemilu yang akan datang. Dengan tampil di hadapan Kongres AS, ketua Partai Likud itu punya kesempatan untuk menjadi perhatian dunia, tidak peduli apa yang dirinya sampaikan. Peluang itulah yang tidak dimiliki para pesaingnya. 

 Sementara itu, pemerintahan Obama merespons kekhawatiran negara-negara sekutu AS terkait nuklir Iran. Kemarin, setelah berunding dengan Zarif, Kerry langsung bertolak ke Arab Saudi. Sebab, Negeri Petro Dolar tersebut mulai resah karena AS kian lunak terhadap Iran. Riyadh memandang kegigihan Washington menyelesaikan krisis nuklir Iran lewat perundingan sebagai suatu kelemahan.  

 Para pejabat AS yang terlibat dalam pertemuan Kerry dan Zarif di Swiss pun menangkap kegusaran Saudi. Apalagi, Israel sengaja memanaskan situasi lewat pidato Netanyahu tentang kesiapan Iran memproduksi senjata nuklir. Pejabat-pejabat senior itu menegaskan bahwa Washington tidak akan tutup mata pada aktivitas nuklir Iran. Bahkan, setelah dua negara mencapai kesepakatan pun, AS akan tetap kritis.

 "Jika nanti perundingan ini berujung dengan kesepakatan, kami akan tetap mengawasi aktivitas nuklir Iran. Kami akan memastikan bahwa program nuklir mereka berkontribusi langsung pada stabilitas regional dan stabilitas serta keamanan masyarakat global," terang pejabat yang merahasiakan namanya itu. Selain itu, AS akan tetap memastikan Iran tidak melakukan ekspansi regional. (AP/AFP/BBC/c10/hep/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jadi Korban Penjambretan, Perempuan Berhijab Ini Bawa Kabur Motor Penjambret


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler