jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Center of Intelligence and Strategic Studies (CISS) Ngasiman Djoyonegoro mengatakan, TNI dan Polri harus tetap kompak menjelang Pilpres 2019.
Menurut pria yang karib disapa Simon itu, TNI dan Polri tidak boleh termakan berbagai kejadian yang menyita perhatian publik dalam beberapa waktu terakhir.
BACA JUGA: Satgas Noken Bangun 30 Peternakan di Papua
Salah satunya adalah pembakaran terhadap Mapolsek Ciracas, Jakarta Timur.
Pembakaran itu diduga berkaitan dengan pengeroyokan yang dilakukan juru parkir terhadap anggota TNI.
BACA JUGA: BKN Sebut Polri Berkomitmen Amankan Rekrutmen CPNS 2018
Para juru parkir yang mengeroyok anggota TNI berpangkat kapten itu memang ditahan di Mapolsek Ciracas.
Kejadian lainnya adalah viralnya video penangkapan oknum anggota TNI yang terlibat sabu-sabu.
BACA JUGA: Cara Kreatif Kepolisian Tularkan Virus Aman Berlalu Lintas
"Dua peristiwa tersebut harus dilihat secara jernih. TNI-Polri sebagai tiang penyangga tegaknya NKRI tidak boleh termakan provokasi," kata Simon, Kamis (13/12).
Menurut Simon, Indonesia dalam bahaya jika TNI dan Polri termakan provokasi. Situasi pemerintahan juga bisa goyah.
"Dari sisi geopolitik, tentu kepentingan kelompok-kelompok tertentu untuk memperkeruh suasana dalam negeri pasti ada. Ini, kan, tahun politik," terang penulis buku berjudul Intelijen di Era Digital itu.
Dia menambahkan, kelompok-kelompok itu bisa berasal dari dalam dan luar negeri.
Menurut Simon, ada kelompok yang menginginkan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla seolah-olah tidak berhasil.
“Bahkan suasana pesimisme dalam menatap masa depan Indonesia pun diembuskan untuk menutupi prestasi-prestasi Jokowi yang luar biasa.
Ini framing yang sengaja dibuat," ujar pria yang baru saja meluncurkan buku berjudul Indonesia Optimis itu.
Karena itu, Simon mengajak para elite politik dan elemen bangsa membantu mendinginkan suasana.
Dia juga mengajak generasi muda menyaring informasi yang diterima.
"Generasi milenial harus menjadi agen penebar sikap optimisme dalam menatap Indonesia ke depan, bukan malah sebaliknya," tutur pengamat intelijen itu. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus Habib Bahar Ujian Profesionalisme Polri
Redaktur & Reporter : Ragil