Ngeri! Korut: Amerika Akan Membayar Ribuan Kali Lipat

Selasa, 08 Agustus 2017 – 07:00 WIB
Parade tentara wanita Korea Utara. Foto: AP

jpnn.com - Korea Utara (Korut) tak menggubris sanksi Dewan Keamanan (DK) PBB. Alih-alih takut atau melunak, rezim Kim Jong-un justru melawan. Kemarin, Senin (7/8) melalui Korean Central News Agency (KCNA), Pyongyang meluapkan amarahnya.

Korut menolak sanksi-sanksi tegas yang dirumuskan Amerika Serikat (AS) dalam resolusi 2371 itu. Korut juga mengancam akan melancarkan balas dendam.

BACA JUGA: Good News, Angka Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Atas AS dan Singapura

Pembalasan selalu lebih kejam. Itu pula yang Pyongyang tegaskan lewat KCNA. ”AS akan membayar mahal kejahatannya terhadap kami, ribuan kali lipat.” Demikian bunyi pernyataan tertulis Pyongyang sebagaimana disebarluaskan KCNA kemarin.

Menurut Jong-un dan jajaran pemerintahannya, sanksi ekonomi baru yang DK PBB terapkan atas prakarsa AS itu merupakan bentuk pelanggaran kedaulatan Korut.

BACA JUGA: Mampukah Sanksi PBB Bikin Korut Melunak?

Korut geram dengan sanksi baru yang diloloskan DK PBB dengan mudah dalam pemungutan suara pada Sabtu (5/8). Sanksi yang menarget sektor ekspor energi dan makanan Korut itu diperkirakan mengurangi pendapatan rezim Jong-un sampai USD 1 miliar (sekitar Rp 13,3 triliun) per tahun.

Itu belum termasuk kerugian karena sanksi di sektor ketenagakerjaan. Namun, Korut bergeming. Pyongyang tak takut bangkrut.

BACA JUGA: Buntut Uji Coba Rudal, PBB Potong Sumber Duit Korut

”Kami tidak akan mundur selangkah pun dari program nuklir kami.” Demikian sikap pemerintahan Jong-un yang disampaikan secara tertulis kepada KCNA.

Tak hanya ngotot melanjutkan ambisi nuklirnya, Korut pun menutup pintu dialog. Pyongyang menegaskan bahwa mereka tidak akan kembali ke meja perundingan untuk membahas nuklir yang Jong-un yakini sebagai hak mutlak Korut.

Di Kota Manila, Filipina, Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-ho bertemu teman sejawatnya dari Korea Selatan (Korsel). Yakni, Menteri Luar Negeri Kang Kyung-wha.

Minggu (6/8) mereka sempat berbincang sebentar di sela-sela jamuan makan malam Forum Regional ASEAN. Sayang, dalam interaksi singkat dan langka itu, mereka gagal berdamai.

”Kang meminta Ri menerima ajakan Korsel untuk menggelar perundingan militer guna meredam ketegangan yang kian memuncak di Semenanjung Korea. Tapi, Ri menolaknya,” papar sumber kantor berita Korsel, Yonhap.

Kabarnya, ajakan Korsel untuk kembali menyelenggarakan reuni keluarga dua Korea juga ditanggapi dingin oleh Ri. Sebab, di mata Ri, Korsel hanyalah boneka AS.

”Dalam situasi yang kami hadapi saat ini, di mana Korsel bekerja sama dengan AS untuk membuat Korut tersudut, proposal apa pun yang mereka ajukan tidak bisa kami pastikan kesungguhannya,” ungkap Ri.

Bulan lalu Pyongyang mengabaikan ajakan dialog oleh Seoul. Rezim Jong-un sengaja tidak mengiyakan atau menolak gagasan Korsel tersebut, tapi membiarkannya berlalu.

Dari forum yang sama, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menyatakan bahwa dialog bukanlah solusi bagi krisis nuklir Korut. Dan, setelah Korut meluncurkan dua ICBM (intercontinental ballistic missile) pada Juli, Washington menutup jalur perundingan.

”Perundingan hanya akan terjadi jika Korut menghentikan program rudal balistik mereka,” jelasnya.

Sementara itu, melalui sambungan telepon, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korsel Moon Jae-in sepakat untuk meningkatkan tekanan terhadap Korut.

”Dua pemimpin tersebut sama-sama menganggap Korut sebagai ancaman serius bagi seluruh negara di dunia,” terang jubir Gedung Putih.

Karena itu, AS dan Korsel tetap akan menjalani latihan gabungan (latgab) militer sesuai jadwal yang dirancang sebelumnya.

Akhir Agustus nanti, AS dan Korsel kembali menggelar latgab. Meski Korut menganggap latgab yang melibatkan kapal induk dan peluru asli itu sebagai provokasi, AS dan Korsel bergeming.

Bagi mereka, stabilitas pertahanan dan keamanan regional jauh lebih penting daripada tuduhan Korut. ”Meski demikian, Korsel tetap akan membuka lebar-lebar pintu dialog,” ujar Park Su-hyun, jubir kepresidenan Korsel. (AFP/Reuters/hep/c16/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Grand Jury Kasus Rusia Bikin Donald Trump Gerah


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler