jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani membeberkan kajian dari United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
Pada kajian tersebut, Sri Mulyani menyebut sebanyak 1,5 miliar pekerja akan terpengaruh risiko perubahan iklim.
BACA JUGA: Ada Surat Khusus dari Menperin untuk Menkeu Sri Mulyani, Ini Isinya
"Maka dari itu, dunia perlu melakukan transisi menuju ekonomi berkelanjutan," kata Sri Mulyani dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis (26/8).
Menurutnya, perlu kerja sama antarnegara untuk menghadapi perubahan iklim tersebut.
BACA JUGA: Pengakuan Sri Mulyani soal Pertumbuhan Ekonomi 2022, Ngeri-ngeri Sedap
"Setiap negara tidak bisa sendirian menghadapi perubahan iklim tersebut, sehingga diperlukan kolaborasi," tegas dia.
Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan salah satu kolaborasi global tersebut yakni dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
BACA JUGA: Soal Formulasi Anggaran PEN, Sri Mulyani Mengaku Dapat Bisikan
SDGs, lanjut Ani, sapaan karibnya, membuat seluruh negara semakin berkomitmen untuk bisa kontribusi menurunkan emisi karbon.
Selain itu, Sri Mulyani mengatakan dunia juga berkolaborasi melalui penandatanganan Paris Agreement untuk mencapai net zero emission.
"Negara-negara secara bersama menyampaikan komitmen sisi masing-masing negara untuk turunkan emisi karbon dan ini disebut Nationally Determined Contributions (NDC)," ungkap perempuan kelahiran Bandarlampung itu.
Sri Mulyani menambahkan dalam NDC setiap negara miliki permulaan yang dan kontribusi CO2 yang berbeda-beda, maka tanggung jawab penurunan emisi karbonnya akan berbeda.
Indonesia sendiri dalam Paris Agreement berkomitmen untuk menurunkan CO2 sebesar 29 persen.
"Dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional, terutama dari negara-negara yang memiliki akses teknologi dan keuangan yang lebih baik," tegas Sri Mulyani. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia