jpnn.com, JAKARTA - Pengusaha muda Nicholas Renaldi membuktikan bahwa hobi seni dan passion yang dimilikinya bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
Meski dinyatakan memiliki buta warna parsial, Nicholas tetap menggeluti bidang interior design yang sudah disukainya sejak kecil.
BACA JUGA: Jenis-jenis Gaya Desain Interior yang Kini Diminati
Dia memulai bisnisnya di dunia desain interior dari hobinya yang senang membuat sketsa desain. Kemudian, membuat mock up desain dan dipasarkan secara online ke keluarga, serta teman-temanya.
Hal ini yang menjadi cikal bakal dari sebuah brand interior yang sekarang dia miliki, yaitu Marble & Co.
BACA JUGA: Industri Properti Menggeliat, Bisnis Desain Interior Kian Menjanjikan
"Beauty can be found in everyday living (kecantikan dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari),” kata Nicholas, ditemui di gerai Marble & Co di PIK 2, belum lama ini.
Menurutnya estetika kesenian merupakan cerminan dari personality seseorang, apa yang mereka sukai apa yang mereka gemari akan membentuk estetika seseorang,
BACA JUGA: Kewalahan Ladeni Permintaan Marmer Tiongkok
Pemikiran inilah yang akhirnya memutuskan untuk menjadikan marmer sebagai bahan dasar untuk bisnis yang dijalaninya.
"Marmer merupakan sebuah produk alami yang memiliki keindahan serta keunikan tersendiri. Setiap warna dan karakternya menggambarkan selera pemiliknya," tuturnya.
Nicholas membangun Marble & Co bersama istrinya, Monica yang menjadi co-founder dan CEO. A walnya mereka hanya memproduksi produknya menggunakan marmer sisa produksi .
Namun, seiring bertambahnya minat dari para konsumen, mereka membeli slab marmer utuh dengan berbagai motif untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, serta konsistensi menjaga keestetikaan marmer.
"Produk kami dibuat oleh para seniman lokal yang memang suka dan hobi menggeluti marmer, karena dalam pengerjaannya membutuhkan kesabaran dan ketelitian," ungkap Nicholas.
Pembukaan store pertama Marble & Co.
Setelah 6 tahun fokus pada penjualan online, Marble & Co. memutuskan untuk membuka store pertamanya di kawasan Indonesia Design District, PIK 2.
Store pertama mereka ini merupakan sebuah pencapaian dari Nicholas dan seluruh tim nya yang sudah berkembang.
"Dahulu hanya hobi, tidak memiliki tim, bahkan sampai mengecat sendiri mereknya di garasi rumah. Sekarang sudah memiliki banyak tim," tutur Nicholas.
Nicholas ingin menjadikan store ini sebagai wadah untuk berkolaborasi dengan berbagai macam pihak, seperti arsitek, interior desainer, berbagai komunitas, serta berbagai macam brand. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh