Nilai Tukar Rupiah Amburadul, tetapi BI Tetap Optimistis, Alasannya?

Minggu, 02 Oktober 2022 – 06:10 WIB
Nilai tukar rupiah terus flutuatif pada pekan lalu, bahkan hingga Jumat (30/9) mata uang Garuda berada pada posisi rentang Rp 15.240-Rp 15.300 per USD. Ilustrasi/foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terus flutuatif pada pekan lalu, bahkan hingga Jumat (30/9) mata uang Garuda berada pada posisi rentang Rp 15.240-Rp 15.300 per USD.

Kendati demikian, Bank Indonesia (BI) optimistis nilai tukar Rupiah ke depan bisa lebih stabil di tengah tekanan dari eksternal yang relatif tinggi.

BACA JUGA: USD Melemah, Rupiah Mulai Unjuk Gigi

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Wahyu Agung Nugroho mengatakan saat ini rupiah tertekan karena ketidakpastian pasar keuangan global.

Namun, depresiasi Rupiah dinilai relatif lebih aman dibandingkan negara berkembang lain.

BACA JUGA: Kabar Tak Enak dari Rupiah Hari Ini, Mengkhawatirkan

Sebab, BI terus melakukan intervensi di spot market ataupun Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) dan juga kinerja ekspor dinilai masih kuat.

"Ke depan, kami meyakini dengan kebijakan intervensi valas dan intervensi DNDF serta kebijakan pre-emptive dan didukung kenaikan suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate kemarin, insyaallah ke depan rupiah akan lebih stabil lagi," ujar Wahyu dalam diskusi dengan awak media di Bali, Sabtu (2/10).

BACA JUGA: Rupiah Terus Melemah, Ekonom Prediksi Hal Ini Akan Terjadi di Tahun Depan

Wahyu membeberkan nilai tukar rupiah pada 30 September 2022 terdepresiasi 2,24 persen (ptp) dibandingkan dengan akhir Agustus 2022 dan terdepresiasi 6,4 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021.

Dia menyebutkan depresiasi rupiah itu relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India 8,65 persen, Malaysia 10,16 persen, dan Thailand 11,36 persen.

"Rupiah stabil karena pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, serta langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia," ungkapnya.

Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makro ekonomi.

"Harapannya memang walau tekanan masih akan cukup tinggi, rupiah bisa lebih stabil. Tekanan saat ini lebih cenderung karena adanya kebijakan moneter yang agresif baik The Fed maupun ECB. Ada ketidakpastian mengenai kapan sih The Fed akan selesai naikkan suku bunga dan berapa besar," kata Wahyu.

BI memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai bagian untuk pengendalian inflasi dengan intervensi di pasar valas baik melalui transaksi spot, DNDF, serta pembelian atau penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. (antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
nilai tukar rupiah   rupiah   BI   SBN   Ekonomi  

Terpopuler