jpnn.com, JAKARTA - Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan diperkirakan menguat, meski dibayangi kenaikan imbal hasil obligasi AS.
"Pagi ini terlihat minat pasar terhadap aset berisiko meninggi. Indeks saham Asia menguat dan nilai tukar regional juga terlihat menguat terhadap dolar AS," ujar Ariston, di Jakarta, Senin (22/2).
BACA JUGA: Rupiah Ditutup Melemah Sore Ini, Duh! Rp14 Ribuan Lagi
Kendati demikian, pada pukul 9.44 WIB rupiah melemah 30 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp14.095 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.065 per dolar AS.
"Ekspektasi pemulihan ekonomi global mendorong penguatan sentimen tersebut. Selain itu sentimen positif juga datang dari ekspektasi perilisan stimulus besar pemerintah AS dan penurunan kasus baru Covid-19 di dunia," kata dia.
BACA JUGA: Ini Penjelasan Pengamat soal Rupiah yang Nyungsep Rabu Pagi
Ariston menuturkan rupiah juga bisa menguat pagi ini terhadap dolar AS karena sentimen tersebut. Di dalam negeri, lanjutnya, penurunan kasus baru Covid-19 dan kemajuan program vaksinasi juga mendukung penguatan rupiah.
Di sisi lain pasar akan mewaspadai kenaikan tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor jangka panjang hari ini.
"Untuk tenor 10 tahun, yield mencetak level tertinggi baru tahun ini di 1,36 persen. Kenaikan yield ini bisa berimbas ke penguatan dolar AS," kata Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran Rp14 ribu per dolar AS hingga Rp14.100 per dolar AS.
Pada Jumat (19/2) lalu rupiah ditutup melemah 40 poin atau 0,29 persen ke posisi Rp14.065 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.025 per dolar AS.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia