JAKARTA -- Ada dugaan kuat, gembong teroris Noordin M Top sebenarnya tidak ada, alias fiktifItulah sebabnya, hingga saat ini Noordin yang disebut-sebut digerebek di sebuah rumah di Temanggung pada akhir pekan lalu, hingga saat ini belum juga tertangkap
BACA JUGA: Anggoro Korban Pemerasan KPK
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Erlangga Masdiana malah tertawa saat ditanya di tempat seperti apa buronan sekaliber Noordin biasanya sembunyi
BACA JUGA: Agung Minta Polisi Segera Klarifikasi
Karena saya tidak tahu, sebenarnya Noordin M Top itu ada atau nggakErlangga menjelaskan, ada dua jenis aksi terorisme, yakni terorisme murni dan terorisme yang bermuatan politis
BACA JUGA: Menko Kesra Anggap Pemda Kurang Peduli AIDS
Jenis terorisme yang bermuatan politis sangat sulit dideteksi siapa sebenarnya dalang pelakunyaPasalnya, siapa sesungguhnya aktor aksi pengeboman yang dimainkan kelompok politik tertentu, sangat tergantung dari konteks situasi politik yang sedang terjadi."Biasanya aksi terorisme yang bermuatan politik sebagai bagian dari upaya manajemen pengalihan isu," ujarnyaHanya saja, dia tidak mau menduga-duga apakah aksi teror yang berlangsung di JW Marriot dan Ritz Carlton pada 17 Juli 2009 lalu berkaitan dengan pengalihan isu seputar sengketa perhitungan suara pilpres"Karena saya bukan ahli politik," kilahnya.
Dijelaskan Erlangga, jenis aksi teroris murni biasanya dimainkan dengan tingkat kecanggihan yang tinggi, termasuk target pengeboman juga bukan sembaranganAksi teror yang murni merupakan bentuk gerakan radikal, yang merupakan simbol perlawanan terhadap situasi ketidakadilan yang adaDalam konteks sekarang, aksi teror yang murni diarahkan untuk melawan arogansi Amerika Serikat
"Jadi, sasaran aksi teroris murni itu bersifat global, yakni AS dan para sekutunya, termasuk Inggris dan AustraliaPertanyaan saya, apakah JW Marriott dan Ritz Carlton merepresentasikan kekuatan AS dan sekutunya itu? Saya kira kedua sasaran itu terlalu kecil untuk bisa merepresentasikan kekuatan AS," ucap Erlangga.
Dengan demikian, apakah dalang dari aksi teror bermuatan politik berhasil mencapai tujuannya, terlihat dari pemberitaan media massa terutama sebuah TV swasta yang gencar memberitakan aksi penggerebekan di Temanggung itu? Erlangga tidak menjawab tegasDia hanya menyebutkan, pemberitaan dari sebuah TV swasta terhadap penggerebakan itu menunjukkan TV tersebut lebih menonjolkan fungsi entertaiment-nya, dibanding fungsi kontrol dan pendidikan kepada masyarakat"Masyarakat tidak diajari adanya kemungkinan-kemungkinan lain di balik aksi penggerebekan itu," ulasnya(sam/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Parlemen Asia Bahas Korupsi di Jakarta
Redaktur : Tim Redaksi