jpnn.com, SINGAPURA - Sosok penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan ternyata membetot perhatian TIME. Laman berita majalah mingguan bergengsi asal Amerika Serikat itu memajang hasil wawancaranya dengan Novel.
TIME mewawancarai Novel di sebuah rumah sakit di Singapura pada Sabtu lalu (10/6). Suami Rina Emilda itu menjalani perawatan di Singapura setelah menjadi korban penyiraman air keras pada 11 April.
BACA JUGA: Bareskrim Gagalkan Penyelundupan Ratusan Ribu Lobster ke Luar Negeri
Saat itu sedang ramai-ramainya pemberitaan kasus korupsi kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) yang menyeret nama-nama kondang di DPR. “Ada begitu banyak korupsi yang harus dilawan,” ujarnya dalam berita berjudul 'I Don’t Want to Be Sad': Indonesia's Top Graft Buster Talks to TIME From His Hospital Bed di TIME.
Novel juga menceritakan peristiwa penyiraman air keras yang menimpanya. Mulanya, mantan polisi itu baru saja pulang dari masjid di dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
BACA JUGA: Anggota Disiram Air Keras, Kapolda: Pelaku akan Berakhir di Kamar Mayat
Tapi seseorang dari belakang tiba-tiba muncul dan menyiramkan air keras ke wajah Novel. “Kejadiannya begitu cepat,” tuturnya.
Saat detik-detik awal usai disiram, Novel mengharapkan cairan itu hanya air biasa. Tapi, ternyata dia mulai merasakan panas di kulit wajah dan matanya.
BACA JUGA: Polisi Disiram Air Keras saat Melakukan Penyamaran, Ngeri!
“Kulitku terasa terbakar kepanasan,” kata Novel. Dia paham bahwa itu teror yang sudah tak asing lagi.
Novel lantas kembali ke masjid untuk meminta pertolongan. Jemaah salat subuh yang masih ada di masjid lantas membasuh wajah Novel dengan air wudu.
Bagi Novel, teror itu sudah yang keenam kalinya sejak 2011. Teror pertama menerpa Novel ketika mengendarai sepeda motor dan tiba-tiba diserempet mobil.
Awalnya, Novel menduga hal itu kecelakaan biasa. Ternyata kejadian itu berulang lagi sepekan kemudian.
“Saya menerima informasi bahwa seorang jenderal polisi terlibat. Mulanya saya menganggap informasi itu salah. Tapi sekarang setelah dua bulan kasusnya tak terselesaikan, saya bilang (ke pemberi info, red) rasanya informasi itu benar,” tuturnya.
Novel mengisyaratkan kasus yang ditanganinya menyeret belasan anggpta DPR. Namun, kini fokusnya adalah pada orang yang menyerangnya.
Pria yang akan genap berusia 40 tahun pada 22 Juni nanti itu mengakui bahwa Presiden Joko Widodo memang punya perhatian besar pada persoalan yang menjeratnya. Tapi, Novel mengaku tak tahu apakah presiden yang kondang dengan julukan Jokowi itu juga mengevaluasi polisi karena sudah dua bulan tak kunjung menetapkan tersangka penyerangan terhadap aparat negara.
“Jika ada seorang pegawai pemerintahan dengan tugas memerangi korupsi diserang berkali-kali dan tak ada kasus yang terpecahkan, berarti ini menjadi masalah bagi negara,” katanya. “Setelah saya, siapa lagi?” pungkasnya.
Wawancara dengan TIME menjadi yang pertama bagi Novel sejak insiden penyiraman air keras. Matanya masih dalam proses penyembuhan dan ada kacamata pelindung menempel di wajahnya.
Novel juga mengungkap keingiannya untuk bisa segera kembali bekerja. Tapi saat wawancara TIME dan Novel berlangsung ada ibunya, Fatma memasuki ruang rawat.
Fatma meyakini anaknya telah melangkah di jalan yang benar. “Ya, bagian hidupnya benar, melawan korupsi itu benar,” katanya.
Namun, Fatma juga terlihat cemas. Menurutnya, Novel seolah tak memperhatikan diri sendiri. “Ketika sudah seperti ini, apa yang harus dilakukan? Dia punya anak-anak, akan seeprti apa masa depan mereka?” ujar Fatma.
“Ketika jadi seperti ini saya takut. Dia pulang ke rumah larut malam, kadang-kadang tiga hari tidak pulang,” sambungnya.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ke Singapura Mau Besuk, Ustaz Solmed Alami Pengalaman Buruk
Redaktur & Reporter : Antoni