Nowela Idol: Indonesia Sangat Sayang Papua

Kamis, 28 Oktober 2021 – 22:10 WIB
Suasana pesta kembang api Pembukaan PON Papua di Jembatan Merah Teluk Youtefa, Kota Jayapura, Papua, Sabtu (2/10/2021). Pesta kembang api di Jembatan Merah Teluk Youtefa menandai pembukaan PON Papua. Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/pras.

jpnn.com, JAKARTA - Pelaksanaan PON XX di Papua sudah selesai, namun resonansi semangat dan euphorianya masih terasa hingga saat ini dan ke depan. Salah satunya adalah viralnya lagu “The Spirit of Papua” karya Sutradara Alffy Rev yang dinyanyikan Nowela Mikhelia.

Sebagai wanita Papua, Nowela bangga menyanyikan lagu The Spirit of Papua. Bagi Nowela, Lagu tersebut memberikan rasa bangga karena tanah Papua dikemas dan digambarkan dengan begitu indah dan dalam.

BACA JUGA: Pesawat Smart Air Kecelakaan di Papua, Pilot Meninggal Dunia, Innalillahi

“Tanah kebanggaan saya. Bergetar hati saya saat tau bahwa ini adalah karya yang tercetus dengan spontan tanpa persiapan apapun. Kata Alffy, karena 'panggilan' untuk menyuarakan luapan spirit yang terpendam di Papua.” kenang pemenang Indonesian Idol ini.

“Edo kondologit sampai menangis, karena tidak membayangkan Papua bisa dikemas dengan seindah itu.” kenangnya

BACA JUGA: KKB Papua Beraksi di Intan Jaya, Dua Anak Tertembak, Satu Tewas

Karenanya, Nowela mengajak generasi muda Papua tetap berkarya di bidang masing-masing. “Saya sebagai seniman berusaha mengangkat Papua lewat Youtube channel. Mari kita jadi anak muda yang smart yang tidak terpancing dengan banyak isu.” pangkasnya

Dia juga sangat sedih terhadap aksi kekerasan di Papua oleh KKB. KKB adalah orang asli Papua tapi tidak merepresentasikan seluruh orang papua. Yang mereka lakukan menyakiti hati orang papua. KKB dan orang papua adalah hal yang sangat berbeda. KKB adalah oknum karena orang Papua adalah orang yang cinta damai dan tulus.

BACA JUGA: Edy Rahmayadi Optimistis Sumut Bakal Berjaya di Peparnas Papua

Oleh karena itu, Nowela mengajak seluruh masyarakat Papua, “Apapun yang sudah dilalui dan dinikmati di Papua adalah campur tangan dari Indonesia. Saya bangga Pak Jokowi meresmikan tonggak sejarah Jembatan Youtefa karena menghubungkan kawasan utama Kota Jayapura dengan Distrik Muara Tami. Dengan adanya jembatan tersebut transportasi menjadi mudah dan perekonomian lebih lancar. Saya bangga jadi orang papua dan bangga jadi orang Indonesia.” jelasnya

“Indonesia sangat sayang pada orang papua. Banyak sekali pintu-pintu yang dibuka seperti beasiswa. Mari Lakukan apa yang bisa kita lakukan dari hal-hal kecil mulai dari diri sendiri. Indonesia ibarat keluarga dan Jokowi adalah orang tua kita.” ajaknya kepada para generasi milenial.

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua MPR, Dr. Jazilul Fawaid yang mengatakan bahwa Kebijakan pemerintah terhadap Papua sudah luar biasa meski perlu ditingkatkan dengan melakukan pendekatan yang dekat dengan kultur Papua.

“Harapan saya, pemberdayaan Papua harus dekat dengan kultur masyarakat Papua. Papua memiliki kultur dan asal usul yang unik dibanding suku-suku lain, keunikan ini mendapat pengakuan dunia internasional seperti noken. Karenanya tidak hanya pendekatan kultur Papua, namun perlu dilanjutkan dengan diplomasi terkait Papua di dunia internasional, karena Papua juga kaya sumber daya alam. Diplomasi sangat penting karena seringkali Papua mendapatkan simpatik dari dunia internasional. Diplomasi terkait Papua juga harus disesuaikan untuk menepis kecemburuan dan anggapan adanya eksploitasi pusat terhadap daerah.” Ujarnya yang menyempatkan mengikuti webinar Spirit of Papua: Indonesian Cultural and National Identity, meski sedang berada di titik O Sabang Aceh.

Menurutnya, Persoalan Papua tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan keamanan saja tetapi harus diselesaikan dengan pendekatan budaya. Misalnya memaksimalkan peran pemuka agama seperti pastur untuk merangkul masyarakat di pedalaman.

“Orang Papua di desa-desa cenderung lebih menghormati pemuka agama daripada pejabat lokal setempat.” Tutupnya

Sedangkan Staf Khusus Wakil Presiden, Prof Dr. Masykuri Abdillah menekankan bahwa di Era Presiden Jokowi pendekatan terhadap Papua dilakukan dengan penekanan pada dialog dan affirmatif action, yang memberikan banyak kekhususan pada Papua. Pada pelaksanaannya dana Otsus belum digunakan secara maksimal karena mekanisme kontrolnya belum cukup. Karena itu, pada Otsus Jilid II ada pendampingan agar penggunaan dana Otsus lebih efektif.

“Tema pemerintah saat ini adalah percepatan pembangunan dengan fokus pada peningkatan kesejahteraan. Khususnya pada Otsus Jilid II, pemerintah berusaha melibatkan generasi muda karena masih ada sekelompok kecil anak muda belum merasa Indonesia. Tahun 2021 pemerintah sudah mengangkat 1000 anak papua untuk bekerja di perusahaan BUMN di luar papua” terang guru besar UIN Jakarta tersebut.

Menurutnya, dalam upaya mengatasi konflik di Papua, ada strategi baru yang diterapkan yaitu dialog dengan local champion, terdiri dari tokoh-tokoh dari berbagai kalangan, seperti tokoh agama, adat, pemuda, perempuan, perguruan tinggi, seniman, dan tokoh-tokoh lain yang memiliki pengaruh terhadap masyarakat papua, agar slogan ‘torang bisa’ betul-betul terwujud.

“Karena yang terpenting adalah bagaimana masyarakat Papua [dan Papua Barat] bisa segera sejahtera,” ujarnya yang saat ini menjadi bagian dari tim percepatan pembangunan Papua yang dikomandoi Wapres RI KH Makruf Amin.


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler