NTT Jadi Lumbung Pangan tapi Kesulitan pada Distribusi, Ini Solusi Dari Menteri Amran

Jumat, 20 November 2015 – 02:14 WIB
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman. foto. dokumentasi JPNN.com

jpnn.com - MANGGARAI BARAT - Pemerintah melalui Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman berjanji akan memperhatikan nasib petani dan peternak sapi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Penyebabnya, para petani dan peternak di wilayah itu kesulitan mengirimkan hasil produktivitas mereka ke Pulau Jawa dan Sumatera. Apalagi ongkos distribusi beras dan sapi ke wilayah pusat itu sangat mahal, sehingga petani dan peternak selalu merugi setiap tahun.

”Kami sudah siapkan kapal untuk mendistribusikan sapi, dan untuk mempermudah penjualan beras akan kami sediakan lagi transportasi. Yang pasti kami akan memperhatikan nasib petani dan peternak di NTT. Wilayah ini juga sebagai lumbung pangan karena hasilnya cukup lumayan besar,” katanya seperti dikutip dari Indopos usai panen raya padi di Desa Situ, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Lihat nih, Dua Kapal Basarnas Produksi Batam Diluncurkan, Keren Banget

Lebih lanjut, kata Amran, perhatian utama untuk para petani yang dijanjikan adalah mempercepat pengiriman pupuk ke sejumlah kabupaten yang mayoritas menjadi sentra produktivitas padi. Sebab, selama ini distribusi pupuk itu terhambat pada musim tanam, sehingga membuat pertumbuhan padi cukup terganggu.

Selain itu juga bantuan mesin penyedot air pun diberikan karena distribusi air untuk persawahan di NTT pun agak sulit. ”Dua permasalah ini yang sangat dikeluhkan, sehingga fokus utama kami memprioritaskan pupuk dan mesin penyedot air untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Cukup besar hasil beras dari NTT, sehingga dapat menjadi wilayah lumbung beras,” ungkapnya.  

BACA JUGA: Lembaga Pemerintah Mulai Pesan Kapal, Industri Shipyard Bangkit Lagi

Sedangkan untuk bantuan ke peternak, sambung Amran, penyediaan kapal pengangkut sapi diberikan mengingat tingginya ongkos kirim yang disediakan pihak ekspedisi dalam menyebarkan hewan ternak ke Pulau Jawa dan Sumatera. Ditambah dengan pemeriksaan surat-surat kesehatan hewan yang cukup lama membuat peternak juga mengeluh dan merugi.

Untuk sekali pengiriman, harga yang diberikan kepada peternak hanya Rp 450 ribu dan pemeriksaan surat kesehatan hewan dilakukan selama dua hari. Kapasitas kapal tersebut dapat menampung 15 ribu ekor sapi untuk sekali angkut.

BACA JUGA: Kloter Pertama, 89 TKI Ilegal Telah Dipulangkan Ke Surabaya

”Sesuai kesepakatan dengan empat gubernur dan kementerian yang lain, kami mempermudah distribusi hewan ternak asal Flores dan NTT. Kebutuhan daging sapi di Sumatera dan Jawa sangat tinggi, sehingga pasokan kurang dan membuat kebutuhan itu didatangkan dari NTT. Untuk harga akan stabil dan menguntungkan pedagang, peternak, dan konsumen,” jelasnya.

Karena itu, Amran berharap anggaran sebesar Rp 300 miliar yang akan dialokasikan ke wilayah NTT dapat dimaksimalkan dalam meningkatkan hasil pertanian dan peternakan. Sebab, Kementerian Pertanian (Kementan) menginginkan program swasembada pangan tercapai dan mengurangi impor pangan dari negara lain.

”Pada 2016 Indonesia harus dapat mengimpor beras dan daging ke luar negeri. Jadi surplus beras dan daging sudah cukup besar memenuhi kuota dalam negeri dan sisanya dapat dijadikan stok dan dikirimkan ke beberapa negara di Asia Tenggara. Jadi petani di tanah air akan diberikan alsintan (alat dan mesin pertanian) untuk menggarap sawah. Dan untuk peternak perhatian terhadap pakan dan distribusi akan dimudahkan,” imbuhnya.

Pejabat sementara (Pjs) Bupati Mabar Tini Tadeus mengaku jika bantuan dan perhatian dari Kementan kepada petani dan peternak di NTT harus dilakukan. Mengingat selama ini stok daging dan beras ke Jawa dan Sumatera untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional tidak dapat mereka salurkan. (cok)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Over Kapasitas, Tahanan Di Batam Bakal Dipindahkan ke Tanjungpinang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler