NU Tingkatkan Intensitas Dakwah untuk Masyarakat Perkotaan

Senin, 16 Oktober 2017 – 03:15 WIB
Suasana Diskusi LTN-NU Foto: NU-Online

jpnn.com, JAKARTA - Intensitas dakwah yang menyasar kepada masyarakat perkotaan perlu ditingkatkan Nahdlatul Ulama.

Hal ini menjadi salah satu poin yang diutarakan dalam diskusi bertema “Urgensi Dakwah di Masyarakat Perkotaan dan Perkantoran” yang digelar Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) di Jakarta, beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Yenny Wahid: UN Itu Lembaga Dunia, Kalau NU Lembaga Akhirat

Demografi umat Islam di perkotaan terus meningkat, di samping karakternya yang relative berbeda dari masyarakat perdesaan juga membutuhkan strategi dakwah tertentu, sehingga memicu NU untuk membahasnya dengan sangat serius.

Hadir sebagai pembicara dalam diskusi yang bakal digelar bulanan ini adalah KH Maman Imanulhaq (Ketua LDNU), KH Asrorun Niam (Katib Syuriah PBNU), Ustadz Ali Sobirin (Wakil Ketua LTM NU), H Asrori Karni (Redaktur Senior Gatra), H Syamsul Huda (Ketua LAZISNU), dan Hadi Usmayadi (Ketua LTNNU).

BACA JUGA: Kepada Nahdiyin, Ini Instruksi Kiai Said terkait Perpres PPK

Maman di hadapan forum memaparkan tentang fenomena gairah keagamaan masyarakat perkotaan yang mulai muncul sejak tahun 1980-an. NU sebagai organisasi besar mau tidak mau harus menyesuaikan dalam metode dakwah yang digunakan.

Menurutnya, NU saat ini mestinya tidak hanya berfokus pada masalah substansial, namun juga harus memperhatikan simbol-simbol keagamaan. Hal ini dikarenakan masyarakat perkotaan saat ini lebih berfokus pada penggunaan simbol agama tersebut.

BACA JUGA: Hubbul Wathon Apresiasi Langkah NU terkait Perpres PPK

“Jadi, dua hal itu yaitu memperhatikan simbol agama dan tetap menjaga substansi ajaran agama menjadi penting untuk diperhatikan,” katanya, dalam rilis resmi, Sabtu (14/10).

Asrorun Niam memiliki sudut padnang berbeda terkait permasalahan dakwah NU ini. NU tidak lagi mengedepankan cara dakwah yang konfrontatif, tapi juga diperlukan NU melakukan sinergi pendampingan terhadap objek dakwah.

Cara ini diyakini efektif dengan satu syarat yaitu dibutuhkan sikap yang istiqomah. Diharapkan dengan metode ini secara perlahan NU akan mewarnai kegiatan-kegiatan di sekitar objek dakwah.

Diskusi malam hari ini dimanfaatkan Ketua LAZISNU, Syamsul Huda, untuk melakukan introspeksi bersama. Betapa NU sebenarnya telah tertinggal dengan organisasi lain dalam manajemen zakat dan shadaqah, apalagi di kalangan perkotaan dan perkantoran.

Ali Shobirin yang menjadi pembicara selanjutnya menjelaskan bahwa solusi dari permasalahan ini sebenarnya sederhana yaitu kembali ke masjid. Karena itu dia mengajak hadirin secara umum dan khususnya kepada pengurus NU agar kembali memakmurkan masjid.

Selain itu, penulis buku “Teknologi Ruh” ini juga meminta kepada Nahdhiyin untuk lebih berani mengambil peran dalam kegiatan keagamaan.

Pemaparan terakhir disampaikan oleh Asrori Karni, redaksi senior majalah Gatra. Asrori menganalisis perkembangan dakwah perkotaan dari sejak orde baru hingga saat ini. Menurutnya, jika melihat dari perjalanan waktu, NU saat ini mengalami akselerasi yang besar.

Terbukti dengan banyaknya nahdhiyin yang berkiprah di berbagai bidang, sehingga dalam konteks dakwah kepada masyarakat perkotaan dan perkantoran ini, optimis akan melakukan akselerasi dari ketertinggalan pada saat ini.

Sebelumnya, Ketua LTNNU yang bertindak sebagai pemantik diskusi sekaligus moderator membuka pemaparannya dengan menjelaskan berbagai data terkait dengan demografi masyarakat perkotaan. Cak Usma, panggilan akrab Ketua LTN NU ini, juga menjelaskan tentang betapa pentingnya NU untuk memahami profil masyarakat perkotaan sehingga bisa tepat sasaran dalam menjalankan dakwah di perkotaan. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dai Bermodal Google Marak, MDHW dan Al-Mahabbah Bersinergi Tempa Pendakwah


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler