jpnn.com - Dua pimpinan honorer K2, Titi Purwaningsih dan Nunik Nugroho, rela bertahan ruanh di Komisi X DPR RI, Senayan, hingga dini hari demi bertemu Mendikbud Nadiem Makarim.
Mesya Mohamad, Jakarta
BACA JUGA: Kewajiban Pemerintah Hanya Sampai di Honorer K2
ANGKA jam sudah menunjukkan pukul 01.00. Rabu (29/1) dini hari. Namun, Titi dan Nunik masih bertahan di DPR.
Titi (45), ketum Perkumpulan Hononer K2 Indonesia (PHK2I) yang juga guru honorer K2 di Banjarnegara.
BACA JUGA: Penuntasan Honorer K2, Terbayang Ada Ganjalan Keuangan Negara
Sedangkan Nunik (56), koordinator daerah PHK2I Kabupaten Magelang, honorer K2 tata usaha di sekolah negeri.
Keduanya enggan beranjak dari gedung wakil rakyat di Senayan sebelum bertemu Nadiem.
BACA JUGA: Arif Wibowo Tolak Gagasan Pembentukan Pansus Honorer K2
Titi Purwaningsih bertemu Mendikbud Nadiem Makarim di ruang Komisi X DPR. Foto: Istimewa for JPNN.com
Sebelumnya, keduanya bersama lima pengurus PHK2I lainnya menghadiri rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Komisi X pada Selasa, 28 Januari pukul 10.00 WIB. Dan, RDPU juga selesai pukul 13.00.
Namun, baik Titi dan Nunik memilih bertahan karena melihat ada jadwal rapat kerja Mendikbud dengan Komisi X.
"Tanggung mau pulang, mumpung ada mendikbud, sekalian saja bertemu mas menteri," kata Titi kepada JPNN.com.
Hal ini dibenarkan Nunik. Perempuan yang dua tahun lagi pensiun jadi honorer itu punya semangat besar bertemu Nadiem.
Dia ingin menumpahkan uneg-unegnya kepada menteri. Lelah perjalanan dari Magelang ke Jakarta tidak dirasakan hanya demi bertemu Nadiem.
"Pengin curhat ke Mas Menteri. Biar Mas Menteri tahu bukan hanya guru yang harus diperhatikan. Tenaga kependidikan juga butuh perhatian pemerintah," tuturnya.
Waktu semakin larut, tetapi raker belum juga selesai. Titi dan Nunik berbagi tugas.
Pintu keluar dijaga keduanya. Keduanya yakin bisa bertemu saat Bos GoJek itu keluar ruangan.
Sebenarnya ada beberapa menit waktu isoma yang bisa dimanfaatkan Titi dan Nunik. Namun, apa daya pengawalan Nadiem sangat ketat. Keduanya hanya bisa melihat Nadiem dari jauh.
Jam terus bergerak ke angka 23.00 WIB. Keduanya bak diberi kekuatan baru saat ada pertanyaan anggota dewan soal honorer K2.
Mereka mendesak agar Nadiem menyelesaikan masalah guru dan tenaga kependidikan honorer. Sampai kemudian ada pernyataan anggota Komisi X akan adanya Pansus honorer K2.
"Senang dengarnya, hasil RDPU kami disampaikan ke Mas Menteri," ujar Titi.
Saat raker selesai, secepat kilat, Titi dan Nunik mendekati Nadiem. Tidak ada halangan dari protokol. Keduanya bahkan diberikan kesempatan untuk bersalaman dengan Nadiem.
Nadiem malah terenyuh melihat Nunik. Honorer K2 tua yang hingga dini hari menunggunya. Dia pun mengajak Nunik berswafoto.
"Saya sudah puas bisa bertemu Mas Menteri, menyampaikan bahwa honorer K2 itu bukan cuma guru. Ada tenaga teknis lainnya yang juga mengabdi belasan hingga puluhan tahun seperti saya," terang Nunik.
Dia mengungkapkan, saat bertemu itu, Nadiem berjanji akan menyelesaikan dan akan segera menindaklanjuti keputusan Komisi X DPR.
Nadiem juga berjanji segera berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk penyelesaian masalah honorer K2 khususnya guru dan tenaga kependidikan.
Ditambahkan Titi, Nadiem meminta agar seluruh honorer bersabar karena masih perlu harmonisasi dengan Kementerian lain. Namun, akan tetap dibuatkan Pansus untuk selesaikan honorer.
Puas bertemu Nadiem, Titi dan Nunik dengan semangat 45 langsung bertolak ke terminal bus Kampung Rambutan. Mereka tidak menginap di hotel tetapi pilih tidur di terminal.
"Kalau mau tidur di hotel biaya lagi. Mending cari yang gratis, tidur di terminal. Toh jam 6 pagi sudah ada bus ke arah Banjarnegara dan Magelang," kata Titi.
Keberhasilan ini menurut Titi merupakan kerja tim pengurus pusat. Ada Nur Baitih, Eko Mardiono, Cecep Kurniadi, Ahmad Saefudin, dan lainnya.
Dia tidak peduli dengan omongan negatif soal dirinya. Dia mengaku ikhlas dan sudah memaafkan semua honorer K2 yang menghujat, caci maki, hingga fitnah kepadanya.
Bagi Titi, itu sudah konsekuensi sebagai ketua yang hanya dilihat salah dan kekuranganya. Dan memang tidak akan pernah kelihatan baiknya. Dia mengatakan, 1.000 kepala tentu juga ada 1.000 pemikiran yang berbeda.
"Perbedaan tetap indah di mata saya karena itu mendorong semangat saya untuk tuntaskan perjuangan ini. Yang saya inginkan honorer K2 segera selesai. Agar saya merasa benar-benar merdeka yang sesungguhnya dan bahagia tentunya," pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad