Nurohim, Mantan TKI yang Celaka di Malaysia dan Apes di Kampung Halaman

Penyalur Bangkrut, Tak Bisa Tuntut Klaim Asuransi

Kamis, 23 Juni 2011 – 08:08 WIB
Nurohim, TKI asal Magelang yang kehilangan tangannya saat bekerja di Malaysia. Foto : JPPhoto

Kecelakaan kerja di Malaysia mengakibatkan Nurohim kehilangan tangan kananSemua usaha yang dirintis di kampung halaman berbuah kegagalan hingga uang simpanannya habis.
 
    MUKHTAR LUTFI, Mungkid
 
NUROHIM tak pernah menyangka niatnya mengubah nasib dengan menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri malah berbuah petaka

BACA JUGA: Gara-gara Tekuni Film Dokumenter, Iwan Setiawan Kenyang Kena Teror

Pria asal Desa Pakunden, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, itu menjadi korban kecelakaan kerja di Malaysia
Tangan kanan pria 26 tahun itu putus dan uang pesangon yang didapatkan habis karena usahanya bangkrut.

Kisah sedih itu bermula saat dia bekerja di perusahaan kayu lapis, Manuplywood Industry Sdn Bhd, di Serawak, Malaysia

BACA JUGA: Nestapa Dua TKI Perempuan asal Purwokerto di Arab Saudi

Pagi itu, 30 Juni 2008, sekitar pukul 07.30 waktu setempat, dia mulai bekerja di bagian servis mesin, memperbaiki mesin pemisah debu yang rusak akibat terbakar


Tak disangka, ada seorang pekerja lain yang menghidupkan mesin tersebut

BACA JUGA: Kisah Ruyati, TKI Perempuan yang Telah Dihukum Pancung di Arab Saudi

Nurohim tidak sempat lagi menarik tangannya"Tangan kanan saya masuk ke mesin tersebut hingga putus seketika di atas siku," jelasnya saat ditemui di rumahnya Rabu lalu (22/6).

Upaya pengobatan dilakukan perusahaanDia ditangani rumah sakit selama tiga hari, kemudian istirahat total di klinik perusahaan selama 75 hariNamun, tangan kanannya yang hancur tidak bisa disambung lagi, sehingga dia hanya memiliki tangan kanan sepanjang sekitar 15 cm.

Saat itu dia baru teringat untuk mempertanyakan asuransi kerja kepada perusahaan yang mengirimnya ke negeri tersebutBetapa terkejutnya dia ketika mengetahui perusahaan yang memberangkatkannya pada Januari 2007 itu sudah tidak dijumpai lagiPenyebabnya, perusahaan itu sudah bangkrutDia pun tidak menemukan surat asuransi dalam dokumen surat-suratnya.

Beruntung, perusahaan tempatnya bekerja masih mau mempekerjakan diaNamun, dia harus pindah menjadi kasir di bagian penjualan hingga masa kontraknya selesaiPerusahaan juga membuatkan tangan palsu yang tidak berfungsi apa pun selain estetika"Tapi, setelah kontrak habis, saya memilih pulang Desember 2008," kata Nurohim.

Beruntung, anak pasangan Suwarno, 46 dan Tuminem, 43, tersebut mendapatkan santunan dari kesultanan di wilayah itu 20.000 ringgit atau sekitar Rp 60 juta ketika ituUang tersebut serta gajinya selama bekerja, sekitar Rp 6 juta, dijadikan modal berbagai usaha setelah tiba di kampung halamannya.

Dia membeli tiga ekor sapi seharga sekitar Rp 15 jutaKemudian, meski belum pernah mengenal, dia mencoba menanam saham di perusahaan saudaranya Rp 10 juta, yang memberinya bunga Rp 600.000 per bulan.

Selain itu, dia mengikuti sebuah multilevel marketing (MLM)Waktu berjalan, sapinya tidak tumbuh sehatAdapun MLM hanya menyedot uangnya hingga Rp 30 jutaDia pun menghentikannya

"Sejak saat itu, saya mencoba semua jenis ternak, mulai kambing, ikan lele, mujahir, hingga kokiTapi, tidak pernah ada yang berhasilSemua habis dan modal tidak kembali," jelasnya.

Penyebabnya, ikan sakit, mati, hingga tidak lakuYang terakhir, akibat hujan abu erupsi Merapi 2010, 16 induk ikan mas koki yang dipelihara Nurohim matiInduk ikan tersebut seharga Rp 2,5 juta per ekorSaat ini hasil yang masih lancar adalah bunga dari sahamnya
 
Kini anak sulung empat bersaudara itu pun menganggur, sementara uang di tabungannya hanya tersisa Rp 1,5 jutaNamun, dia mengatakan masih bersemangat kerja"Saya ingin membuka usaha lagi, yang sekiranya bisa saya kerjakan dengan keterbatasan yang sama miliki," terang dia(*/jpnn/c4/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Ranjang seperti PSK, Harus Rela jika Suami Berpoligami


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler