jpnn.com - JAKARTA - Gerakan Pemuda (GP) Anshor menuding anggota Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Fahri Hamzah tidak memahami sejarah dan kiprah santri di negeri ini. Tudingan itu terkait kicauan Fahri di Twitter yang menyebut Joko Widodo alias Jokowi sinting lantaran mendukung 1 Muharam sebagai Hari Santri Nasional.
Menurut Ketua Umum GP Anshor, Nusron Wahid, sudah semestinya Fahri belajar tentang peran santri dalam masa perjuangan keemerdekaan. Sebab, di kalangan Nahdlatul Ulama dikenal Resolusi Jihad yang menjadi tonggak penting dalam peristiwa 10 November 1945.
BACA JUGA: Buka Bersama, Presiden Minta Capres Siap Kalah
“Dulu para santrinya Mbah Hasyim Asy'ari (pendiri Nahdlatul Ulama) memelopori perang melawan sekutu pada 10 November. Kemudian dijadikan sebagai hari pahlawan," kata Nusron di Jakarta, Senin (30/6).
Karenanya Nusron mengaku heran dengan Fahri yang seolah tak mengerti sejarah santri. Terlebih, Fahri merupakan wakil sekjen di Partai Keadilan Sejahtera.
BACA JUGA: Tuding Fahri Hamzah Hina Santri Karena Berkicau Jokowi Sinting
“Kalau gagasan itu (Hari Santri Nasional, red) dianggap sinting, berarti yang menganggap sinting itu yang bahlul dan sontoloyo. Artinya tidak bisa memaknai hijrah dalam kontek santri di Indonesia," sindirnya.
Meski demikian Nusron tak mau meributkan kicauan Fahri. Nusron yang mengaku berteman dengan Fahri itu mengatakan, cecuit “sinting” ke Jokowi itu bisa jadi hanya karena sewot belaka lantaran Prabowo tak pernah memunculkan ide-ide yang menginspirasi.
BACA JUGA: Andi Sebut Tuntutan Fiksi, Istri hanya Menangis
“Mungkin saja dia (Fahri, red) sewot dan jealous (cemburu, red). Janganlah di bulan puasa menilai gagasan orang dengan kebencian. Lebih baik banyak ngaji di bulan puasa," ujarnya.
Nusron yang juga anggota DPR RI dari Golkar itu menegaskan, komitmen Jokowi mendukung Hari Santri Nasional justru lebih inspiratif daripada janji-janji tentang kursi menteri yang disampaikan Prabowo Subianto. Selain itu, kata Nusron, tidak ada yang salah dengan menjadikan 1 Muharam sebagai Hari Santri Nasional.
“Apakah Hari Santri Nasional itu akan mengganggu produktivitas bangsa Indonesia? Justru saya kira lebih banyak manfaatnya dari pada mudharatnya," terangnya.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tim Sukses Prabowo-Hatta tak Mengerti Arti Kawan
Redaktur : Tim Redaksi