Sebagai ganti McChrystal, Obama menunjuk Jenderal David Petraeus
BACA JUGA: PM Gillard Prioritaskan Isu Pajak
Sampai 16 September 2008 lalu, jenderal 58 itu menjabat sebagai panglima perang AS di IraqBACA JUGA: Australia Sekarang Dipimpin Wanita
Baik itu prajurit, jenderal atau presiden sekalipun," papar pemimpin 48 tahun itu seperti dilansir Agence France-Presse kemarin (24/6).Obama menegaskan bahwa keputusan berat itu terpaksa dia ambil demi integritas militer AS
BACA JUGA: Korsel Rombak Petinggi Militer
"Pemerintah tidak akan memberikan celah bagi perpecahan atau pun kepicikan semacam ini (seperti yang dilakukan McChrystal, Red) dalam tim keamanan nasional AS," lanjut presiden ke-44 AS itu.Dalam kesempatan itu, Obama juga mengapresiasi karir cemerlang dan prestasi McChrystal dalam militerTapi, dia juga menyayangkan komentar jenderal 55 tahun itu dalam wawancara eksklusifnya dengan majalah Rolling Stone"Apa yang dia ungkapkan dalam artikel tersebut sama sekali tidak menunjukkan kualitas seorang panglima," sesal panglima tertinggi militer AS itu, seperti dikutip Associated Press.
Begitu artikel kontroversial itu tersebar luas, Gedung Putih langsung memanggil pulang McChrystal yang sedang bertugas di AfghanistanRabu waktu setempat, jenderal lulusan Akademi Militer West Point, New York, itu tiba di WashingtonDia langsung menghadap Obama di Gedung PutihKeduanya melakukan pembicaraan tertutup selama sekitar 30 menit dan berujung pada mundurnya McChrystal.
Dalam artikel bertajuk "The Runaway General" itu, McChrystal dan para ajudannya melecehkan para petinggi senior dalam pemerintahan ObamaDi antaranya, Penasihat Keamanan Dalam Negeri James Jones, Utusan Khusus AS di Afghanistan-Pakistan Richard Holbrooke, serta Duta Besar AS untuk Afghanistan Afghanistan Karl EikenberryBahkan, sang presiden dan wakilnya, Joseph "Joe" Biden, juga tidak luput dari kritik.
Konon, McChrystal juga mengaku kecewa dalam pertemuan pertamanya dengan Obama"Presiden (Obama) tampaknya tidak terlalu paham (tentang misi Afghanistan)Dan, bos (McChrystal) sangat kecewa," terang salah seorang ajudan McChrystal dalam wawancara tersebutSelanjutnya, McChrystal meragukan kemampuan pemerintahan Obama dalam menuntaskan misi AS di Afghanistan.
Saat ini, penunjukan Petraeus sedang dimintakan restu Senat AS"Hearing konfirmasi penetapan Petraeus sebagai panglima perang Afghanistan yang baru akan dilakukan sebelum Selasa depan (29/6)," kata Carl Levin, senator Partai Demokrat yang mengepalai Komite Angkatan Darat di Senat ASDia yakin, hearing akan berlangsung singkat dan lancar.
Sebagai mantan komandan tertinggi AS di Iraq, kecakapan Petraeus di medan tempur tidak diragukan lagiDi bawah kendalinya, AS sukses memenangkan Perang Iraq, mengembalikan tanggung jawab keamanan pada pasukan keamanan setempat dan menegakkan kembali kedaulatan pemerintah Negeri Seribu Satu Malam ituKarena itu, Senat AS diprediksi bakal langsung memberikan restu.
Apalagi, para pemimpin Eropa--terutama yang menjadi anggota NATO--memberikan dukungan penuh kepada PetraeusSaat ini, dia masih menjabat sebagai komandan tertinggi pasukan AS di Timur TengahPresiden Hamid Karzai yang sempat mengkhawatirkan dampak transisi pemimpin terhadap kemanan dalam negeri Afghanistan, juga lantas mendukung keputusan Obama.
Para petinggi NATO yang sempat membela McChrystal dengan menyatakan bahwa strategi militer AS di Afghanistan masih kontroversial, akhirnya juga mendukung ObamaSebab, pengganti yang dipilih Obama untuk menggantikan tugas McChrystal adalah jenderal yang tangguh"NATO akan tetap mendukung misi AS di Afghanistan," tegas Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen seperti dilansir BBC(hep/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Napi Kanibal Disidang
Redaktur : Tim Redaksi