Obama Ingatkan Trump agar Jaga Omongan

Sabtu, 06 Agustus 2016 – 07:52 WIB
Barack Obama. Foto: AFP

jpnn.com - WASHINGTON – Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) siap digelar.  Dua calon presiden (capres) dari Partai Republik dan Partai Demokrat pun diundang ke pertemuan keamanan nasional di Pentagon bulan ini. 

Kamis (4/8) Presiden Barack Obama berpesan agar Donald Trump tidak mengumbar isi brifing yang sifatnya rahasia. 

BACA JUGA: Dihajar dari Udara, Pentolan ISIS dan 45 Anak Buahnya Meregang Nyawa

Sebagai presiden, pemimpin yang Kamis lalu merayakan ulang tahun ke-55 itu merasa perlu mengingatkan Trump agar menjaga rahasia. Sebab, capres Republik tersebut bermulut besar. 

Taipan 70 tahun itu suka mengumbar hal apa pun yang memantik kontroversi. Entah itu penting atau tidak. Awal pekan ini Trump bahkan mengumumkan keyakinannya tentang pilpres yang akan diwarnai kecurangan.  

BACA JUGA: Bunga Bangkai Mekar di New York, Ini Fotonya

”Tentu saja tidak akan ada kecurangan dalam pilpres. Apa maksud dia?” ujar Obama tentang celetukan Trump tersebut. Komentar ceplas-ceplos yang meluncur dari mulut pemilik Trump Tower itu sering memantik kontroversi. 

Publik juga langsung ramai mengomentari kalimat pebisnis Manhattan tersebut. Hal-hal semacam itu, menurut Obama, akan menimbulkan gangguan keamanan dalam masyarakat.

BACA JUGA: Erdogan Janji Tak Akan Ada Rasa Belas Kasihan kepada Gulen

Karena itu, khusus kepada Trump, Obama berpesan agar semua paparan penting tentang kondisi keamanan AS menjelang pilpres yang didengarnya dalam pertemuan nanti harus tetap menjadi rahasia.

”Semua yang akan disampaikan dalam pertemuan itu bersifat sangat rahasia. Maka, jika ingin menjadi presiden, mereka harus bersikap seperti presiden mulai sekarang,” ujarnya. 

Beberapa waktu lalu kubu Republik justru meminta pemerintah tidak mengundang Hillary Clinton dalam pertemuan tingkat tinggi itu. 

Alasannya, saat menjadi menteri luar negeri, perempuan 68 tahun tersebut pernah membahayakan keamanan negara dengan berkorespondensi menggunakan e-mail pribadi. Padahal, Hillary seharusnya menggunakan akun resmi pemerintah saat bekerja. 

Namun, Obama menolak mentah-mentah permintaan Republik. Dia akan tetap mengundang Trump dan Hillary dalam pertemuan tersebut. 

”Kami harus taat hukum. Dan, sesuai aturan serta tradisi yang berlaku sampai sekarang, setiap capres perlu mendengarkan laporan keamanan sebagai persiapan jika nanti dialah yang memenangi kursi presiden,” terangnya. 

Sementara itu, pada saat perpecahan membayangi partai dan tim suksesnya, Trump harus menghadapi fakta tidak menyenangkan mengenai bisnisnya. 

Selama lebih dari setahun terakhir, tepatnya sejak dia memutuskan untuk maju sebagai kandidat capres Republik pada Juni 2015, bisnisnya meredup. Terutama bisnis hotel dan kasino yang menjadi dua pilar penting kerajaan bisnisnya. 

Data Foursquare menyebutkan bahwa kunjungan ke hotel dan kasino serta lapangan golf Trump turun. Hingga Juli lalu, minat publik untuk mengunjungi properti milik suami Melania Knauss itu turun 14 persen jika dibandingkan dengan Juli 2015. Padahal, selama ini tren kunjungan ke hotel atau kasino atau lapangan golf dan properti Trump yang lain selalu stabil. Bahkan, cenderung meningkat. 

Agustus tahun lalu, gedung-gedung yang mengusung nama Trump menjadi lebih sepi. Jika dibandingkan dengan Agustus 2014, kunjungan ke hotel serta kasino dan lapangan golf pria nyentrik itu turun 17 persen. Bulan-bulan berikutnya, properti-properti Trump tetap sepi pengunjung. Tapi, setidaknya persentase penurunan tidak sampai dua digit. 

Tiga properti Trump yang mengalami kerugian terbesar sejak dia sibuk mengurusi pencapresan adalah Trump SoHo, Trump International Hotel & Tower Chicago, dan Trump Taj Mahal. 

Selama setahun terakhir, kunjungan ke tiga tempat itu turun 17–24 persen daripada tahun sebelumnya. Bahkan, Trump Taj Mahal sudah siap gulung tikar tahun ini. 

Selain karena citranya yang tidak baik sebagai capres Republik, Trump merugi karena sebagian besar propertinya berada di sejumlah negara bagian ”milik” Demokrat. 

Padahal, layaknya hotel dan tempat hiburan lainnya, properti Trump sangat bergantung pada selera penduduk lokal. Karena warga di negara bagian-negara bagian Biru –sebutan Demokrat– mendukung Hillary Clinton, wajar bisnis Trump terdampak. (AFP/Reuters/CNN/hep/c10/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bar Ini Sengaja Blokir Sinyal Ponsel Pengunjung, Ternyata Ini Tujuannya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler